Tuesday, February 10, 2015
Pasarnya Ummat Islam Dahulu Kala
Pasarnya ummat Islam dahulu bersinar penuh cahaya keluhuran. Di riwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'anhu:
"Pasarnya ummat Islam layaknya Sebuah mushallah tempat orang melaksanakan shalat”.
"Pasarnya ummat Islam layaknya Sebuah mushallah tempat orang melaksanakan shalat”.
Karena dalam lingkungan pasar akan kita jumpai syariat Islam, amanah, adab, akhlak, dzikir serta tilawah Alqur’an.Bahkan konon dahulu kala akan kita dapati para pedagang yang menjaga toko selalu membaca Qur’an dan kitab Dalail Khairat di waktu senggangnya.
Al Imam Junaid bin Muhammad Rahimahullah seorang ulama shufi memiliki kebiasaan tidak membuka toko terkecuali setelah melaksanakan shalat sunnah tiga ratus rakaat di dalam tokonya. Saat ini marilah kita tengok bagaimana keadaan masjid kita? Adakah orang yang melaksanakan shalat hingga tiga ratus rakaat di dalam masjid?
Dahulu pasar di Kota Tarim menjadi salah satu pusat kajian ilmu, para pedagang selalu meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan berdagang dengan mengadakan pengajian rutin, membahas kitab Minhaj Thalibin Fiqh mazhab Imam Syafi’i karya Imam Nawawi. Sehingga kita mengenal sebuah makalah :
“Jalanan di Kota Tarim adalah guru bagi siapa saja yang tidak memiliki guru”
Dalam artian banyaknya orang yang beraktivitas di jalanan di baluti dengan dzikr, nasihat yang secara tidak langsung mengajari dan mengajak kita untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Sayyidina Umar bin Khattab Radhiallahu 'anhu punya standart:
“Tidak boleh berdagang di pasar ummat Islam terkecuali mereka yang memiliki pemahaman fiqh jual beli yang mumpuni”.
Sebuah pemandangan indah yang sulit kita jumpai di pasar-pasar yang ada saat ini, alangkah baiknya kita lestarikan kebiasaan baik orang-orang terdahulu, jika tidak mampu melaksanakan secara keseluruhan laksanakanlah sebagian, mulailah dari yang terkecil.
Wallahu a'lam
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim
Sumber : Para Pecinta Ulama Habaib Was Sholihin
Related Posts:
Hikmah Kisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: