Ad 468 X 60

.

Thursday, September 3, 2015

Widgets

Rintihan Rosulullah dalam Do'anya : “Ummati ya Rabb… Ummati… Ummati…”

Suatu hari malaikat Jibril datang menemui Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dalam keadaan yang berubah mukanya dan ketakutan. Maka Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bertanya, “Mengapa aku melihat engkau berubah muka, wahai Jibril?”.

“Wahai Muhammad, aku datang kepadamu pada saat dimana Allah menyuruh supaya dikobarkan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, siksa kubur itu benar, siksa Allah terbesar itu, untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman daripadanya”.

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam terdiam beberapa saat lalu bertanya, “Wahai Jibril, Shif lii washfan naar, jelaskan kepadaku sifat neraka Jahannam itu sesungguhnya”.

Jibril menjawab, “Baiklah, ketika Allah menjadikan Jahannam maka dinyalakanlah selama seribu tahun hingga berwarna merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun hingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka neraka itu sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya karena panasnya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung diantara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan baranya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut Allah dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yang ketujuh. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung Barat tersiksa niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung Timur karena sangat panasnya. Neraka Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya adalah besi, minumannya air panas bercampur nanah dan pakaiannya potongan api. Api neraka itu mempunyai tujuh pintu, dimana tiap-tiap pintu ada bagian yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan”.

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam kembali bertanya, “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah-rumah kami?”.

Jibril menjawab, “Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jaraknya adalah perjalanan tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh kali ganda, maka digiring ke sana musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga bila telah sampai ke pintunya maka disambut oleh malaikat-malaikat Zabaniyah dengan rantai dan belenggu, kemudian rantai itu dimasukkan ke dalam mulut mereka hingga tembus ke pantat, dan diikat tangan kirinya ke lehernya, sedang tangan kanannya dimasukkan dalam dada dan tembus ke bahunya, dan tiap-tiap manusia itu digandeng dengan syaitannya lalu diseret tersungkur mukanya sambil dipukul oleh para malaikat dengan pukulan besi, dan tiap mereka ingin keluar karena sangat risau, tetapi kemudian ditanamkan ke dalamnya.”

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bertanya lagi, “Siapakah penghuni masing-masing pintu itu?”

Jibril menjawab, “Pintu yang terbawah adalah untuk orang-orang munafiq, orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat Nabi Isa ‘Alaihissalam serta keluarga Firaun, sedang namanya Al-Hawiyah. Pintu kedua adalah tempat untuk orang-orang musyrikin, bernama Jahim. Pintu ketiga adalah tempat bagi orang-orang Shobi’in bernama Saqar. Pintu keempat merupakan tempat Iblis laknatullah dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama Ladha. Pintu kelima diperuntukan bagi umat Yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam menjadi tempat umat Nasrani bernama Sa’ie.”

Malaikat Jibril terus menerangkan penghuni masing-masing pintu neraka hingga pintu neraka yang kelima tempatnya umat Yahudi dan keenam untuk umat Nasrani. Kemudian malaikat Jibril terdiam cukup lama sehingga Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bertanya, “Mengapa tidak engkau terangkan penghuni pintu neraka ketujuh?”. Malaikat Jibril hanya terdiam. Lalu Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bertanya lagi. Malaikat Jibril pun masih tetap diam. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam mendesak lagi hingga akhirnya Jibril berkata,

“Umatmu wahai Muhammad…. Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari umatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.”

Mendengar jawaban malaikat Jibril, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam langsung jatuh pingsan. Jibril kemudian merangkul Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan meletakkan tubuh baginda Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam di atas pangkuannya. Tidak berapa lama Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sadar dan langsung menangis bersimbah air mata. Sambil terisak-isak Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bertanya,

“Wahai Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah memang ada diantara umatku yang akan masuk neraka?”.

“Benar wahai Muhammad, pelaku dosa besar diantara umatmu yang belum bertaubat”, jawab Jibril. Kemudian Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam semakin menangis, dan Jibril pun ikut menangis

Setelah itu Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menghadapkan diri ke kiblat dan bersujud menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam isakan tangis. Sesekali dengan lirih perlahan beliau berdoa membisikkan kata-kata “Ummati ya Rabb… Ummati… Ummati…”. Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selama tiga hari tiga malam kecuali setiap Sayyidina Bilal bin Rabah Radhiyallohu 'Anhu mengumandangkan adzan maka Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bangkit untuk menjadi imam dan setelahnya kembali bersujud.

Pada hari ketiga, sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu ‘Anhu menyadari hal ini. Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu ‘Anhu itu kemudian mendatangi dan mengetuk pintu rumah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan mengucapkan salam tiga kali, “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah. Apakah dapat bertemu dengan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam?”

Namun tidak ada jawaban. Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu ‘Anhu lalu menangis dan melangkah pulang. Di tengah jalan beliau bertemu Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu dan ditanya, “Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?”.

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu ‘Anhu kemudian menceritakan keadaan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Maka Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu langsung melangkah ke rumah Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan terjadilah hal yang sama. Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu pun pulang dan menangis. Di jalan beliau bertemu dengan Sayyidina Salman Al-Farisi Radhiyallohu ‘Anhu. Sambil terisak-isak Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu bercerita kepada sahabat Salman Al-Farisi Radhiyallohu ‘Anhu hingga akhirnya sahabat Salman Al-Farisi Radhiyallohu ‘Anhu melangkah ke rumah Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra Radhiyallohu ‘Anha dan menceritakan hal itu.

Maka segeralah Sayyidatuna Fatimah Radhiyallohu ‘Anha memakai baju yang panjang dan dengan setengah berlari beliau menuju rumah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam kemudian mengetuk pintu dan mengucapkan salam sambil berkata, “Saya Fatimah, ya Rasulullah”.

Mendengar suara lembut putri tercinta sejuklah dada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam pun bangkit dari sujud dan membuka pintu. Ketika melihat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menangislah Sayyidatuna Fatimah Radhiyallohu ‘Anha karena melihat Rasulullah pucat dan sembam mukanya akibat banyak menangis dan sangat sedih. Lalu Sayyidatuna Fatimah Radhiyallohu ‘Anha memeluk Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam seraya menangis, “Wahai Ayahanda, apakah gerangan yang menimpamu? Mengapa engkau begitu sedih seperti ini?”.

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam kembali menangis dan berkata dengan suara lirih, “Wahai Fatimah belahan jiwaku, bagaimana mungkin aku tidak bersedih, Jibril datang kepadaku menerangkan sifat-sifat neraka Jahannam dan menjelaskan bahwa bagian yang paling atas dari semua tingkatan neraka Jahannam itu adalah untuk umatku yang berbuat dosa-dosa besar, maka itulah yang menyebabkan aku menangis dan bersedih”. Keduanya pun menangis bersimbah air mata.

Lihatlah, betapa cinta dan sayangnya Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam kepada umatnya. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sedemikian sedihnya begitu mendengar malaikat Jibril menerangkan sifat neraka Jahannam dan mengatakan ada umatnya yang akan masuk ke dalamnya, sampai-sampai Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam jatuh pingsan. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam juga menangis tiada hentinya dan sangat berduka cita hingga pucat dan sembam mukanya dikarenakan memikirkan nasib umatnya kelak yang akan dicampakkan ke dalam api neraka. Tidak cukup di situ, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam pun langsung bersujud selama tiga hari tiga malam dan berdoa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan keselamatan umatnya.

Namun, di zaman akhir sekarang ini justru terjadi hal yang berkebalikan, muncul golongan atau pun kelompok yang begitu mudahnya menuduh sesat, bid’ah, dan kafir kepada umat Islam, yakni umat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Itu sama artinya ia berbangga diri memvonis umat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam masuk neraka. Na’udzubillah, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam pastinya sangat bersedih. Allah Ya Karim.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita dan keluarga kita sebagai orang-orang yang mencintai Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, mencintai keluarga Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, mencintai para sahabat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, dan mencintai umat Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sebagaimana Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam mencintai dan menyayangi umatnya dan mudah-mudahan kelak kita semua dikumpulkan bersama Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam di surga yang penuh kenikmatan. Shollu ‘Alan Nabiy…

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَنْصَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَزْوَاجِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اَتْبَاعِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى ذُرِّيَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

(Rujukan Kitab Tanbihul Ghafilin bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya’ wal Mursalin buah karya Abul Laits as-Samarqandi/ Imamul Huda)

Sumber : www.Elhooda.net

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: