Tuesday, October 13, 2015
Kisah Hijrah Rasulullah Part: 1
Oleh : Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah
Kita mengingat juga kejadian hijrah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam dan lainnya bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada malam Senin di awal bulan Rabi’ul Awal, kemudian tiba di Madinah Al Munawwarah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal.
Maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa hijrahnya beliau dari Makkah Al Mukarramah sampai ke Madinah Al Munawwarah selama satu minggu, kenapa selama itu?, karena ketika izin hijrah telah turun dengan mimpi salah seorang wanita sahabiyah yang bermimpi para sahabat hijrah dari Makkah ke tempat yang hijau, maka rasulullah berkata : “itu adalah izin untuk hijrah”, dan tempat yang hijau itu adalah kota Yatsrib”, yaitu Madinah Al Munawwarah.
Dan disaat itu keadaan Rasulullah sangat sulit, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mampu menghantam musuh-musuhnya hanya dengan doa, karena pengikut rasulullah disaat itu masih sangat sedikit maka pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkannya, namun dengan kekuatan doa rasulullah sangat dahsyat seandainya beliau berdoa agar dunia dipendam oleh air pastilah hal itu akan terjadi. Dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan seluruh kehidupan di alam semesta ini berpadu pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaiman firman Allah subhanahu wata’ala :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
( الحجر : 72 )
“ Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka terombang-ambing dalam dalam kemabukan (kesesatan)” ( QS. Al Hijr : 72 )
Dan kelanjutannya ayat itu adalah tentang cerita nabi Luth yaitu musibah yang ditimpakan kepada kaum nabi Luth As yang tidak beriman dan terus melakukan maksiat (homoseks) di muka bumi sehingga semua kaum yang tidak beriman itu dibinasakan dan tempat itu dikenal dengan sebutan Bahr Al Mayyit ( Laut mati ).
Sungguh semua kejadian di permukaan bumi ini telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaiahi wasallam. Semua zaman telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firman berfirman : “Demi usiamu”, darimana pendapat ini? beberapa tahun yang lalu guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menyampaikan tentang ayat ini di Masjid Al Munawwar ini, bahwa alam semesta ini telah Allah ikat seluruh kejadiannya dengan 63 tahun yaitu usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa demikian? karena rahmat Allah subhanahu wata’ala diikat dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
( الأنبياء : 107 )
“ Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” ( QS. Al Anbiyaa : 107 )
Maka ketika telah turun izin hijrah, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah kelompok demi kelompok, namun Rasulullah sendiri masih bertahan karena masih banyak hal-hal dan amanat yang harus diselesaikan. Dan para kuffar quraisy meskipun mereka memusuhi Nabi namun mereka mengetahui dan mempercayai bahwa nabi Muhammad adalah orang yang paling menjaga amanat dan tidak pernah khianat, mereka mereka memusuhi nabi namun barang-barang berharga mereka titipkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seharusnya semua mereka beriman dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah dan masuk Islam dengan budi pekerti nabi ini, namun inilah hidayah yang tidak akan diberikan kecuali jika Allah menghendaki.
Jadi kalau zaman sekarang ada orang yang mendustakan nabi maka hal itu disebabkan karena dua hal, Pertama dha’f al iman yaitu lemahnya iman dan Kedua karena tidak atau belum mendapatkan hidayah. Maka jika seseorang tidak mendapatkan hidayah maka hanya berdoa yang dapat kita perbuat dan dengan mendakwahinya secara perlahan-lahan, jika Allah berikan hidayah kepadanya maka ia akan berubah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Abu Lahab adalah paman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dia melihat Rasulullah, menyaksikan kelahiran Rasulullah, duduk bersama Rasulullah dan melihat ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun dia tetap tidak beriman dan tetap dengan kekufurannya, karena dia tidak mendapatkan hidayah dari Allah, padahal dia berjumpa dan melihat Rasulullah secara langsung, maka terlebih lagi zaman sekarang yang puluhan abad setelah zaman Rasulullah, maka sungguh sangat wajar namun perlu diluruskan bukan berarti dibiarkan.
Kelemahan iman yang ada di zaman ini, mereka tidak mengetahui siapa Nabi mereka, jika mereka mengetahui dan mengenali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka tidak akan mengaku nabi lain selain nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan mengakui satu nabi mereka yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka ketika para sahabat mulai hijrah, sayyidina Abu Bakr ingin berangkat hijrah terlebih dahulu namun Rasulullah menahannya, mengapa Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ingin berangkat terlebih dahulu ? karena Abu Bakr As Shiddiq adalah orang yang kaya raya, maka kuffar quraiys marah jika beliau selalu mengikuti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu nabi Muhammad akan aman dari gangguan kuffar quraisy jika sayyidina Abu Bakr tidak bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun Rasulullah tetap tidak mengizinkannya hingga tibalah suatu hari ketika jika Sayyidah Asma bint Abi Bakr As Shiddiq melihat Rasulullah mendatangi rumahnya di siang hari ketika matahari sangat terik, pastilah ada sesuatu yang penting, maka Sayyidina Abu Bakr berkata : “wahai Rasulullah sudah adakah izin untuk berangkat hijrah?”, Rasulullah menjawab : “iya, betul wahai Abu Bakr”, kemudian Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “bolehkah aku menemanimu wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab : “engkau yang akan menemaniku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr langsung menangis haru dan memeluk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah aku siapkan 2 ekor onta”, Rasulullah berkata berkali-kali : “aku akan membayarnya”, namun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq menolaknya bahkan beliau mengeluarkan seluruh hartanya untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sayyidina Abu Bakr ditanya : “apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”, maka beliau menjawab : “aku menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk kelurgaku”. Itulah madzhab sadaqah Abu Bakr As Shiddiq RA.
Wallahu a'lam
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim
Related Posts:
Kisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: