Ad 468 X 60

.

Monday, June 16, 2014

Widgets

Siapa yang Ternyata Sesat Tentang Membahas Bid’ah ?


ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ
Benarkah hadits ini bermakna :
“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “
Simak pembahasannya di sini pakai ilmu (bukan pakai nafsu)
Ditinjau dari sisi ilmu lughoh :
- I’rab nahwunya :
ﻣﻦ : adalah isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas
sukun fi mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu
aljumlatus syartiyyah ba’dahu. 

ﺍﺣﺪﺙ : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii
mahalli jazmin fi’lu syarth wal fa’il mustatir
jawazan taqdiruhu huwa. 
ﻓﻲ : Harfu jar
ﺍﻣﺮﻧﺎ : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa
naa dhomirun muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii
mahlli jarring mudhoofun ilaihi 

ﻫﺬﺍ : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli
jarrin sifatun liamrin
ﻣﺎ : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih
ﻟﻴﺲ : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul
khobar, wa ismuha dhomir mustatir jawazan
taqdiruhu huwa
ﻣﻨﻪ : min harfu jarrin wa hu dhomir muttashil
mabniyyun alad dhommi wahuwa littab’iidh
ﻓﻬﻮ : al-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil
mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada
ﺭﺩ : khobar mubtada marfuu’un wa alamatu rof’ihi
dhommatun dzhoohirotun fi aakhirihi. Wa umlatul
mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus syarth.

Dari uraian sisi nahwunya maka bermakna :
"Barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami yaitu urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak sesuai dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru itu ditolak “

Makna tsb sesuai dengan statement imam Syafi’i yang sudah masyhur :

ﻣﺎ ﺃُﺣﺪِﺙَ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎً ﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎً ﺃﻭ ﺃﺛﺮﺍً ﻓﻬﻮﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ، ﻭﻣﺎ ﺃُﺣْﺪِﺙَ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎَ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩﺓ

“ Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’ atau atsan maka itu adalah bid’ah dholalah /sesat. Dan perkara baru yang baik yang tidak menyalahi dari itu semua adalah bid’ah mahmudah / baik “
- Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari  Qurannya) :

ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮﺏِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﻩُ ﺭَﺃْﻓَﺔً ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﻭَﺭَﻫْﺒَﺎﻧِﻴَّﺔًﺍﺑْﺘَﺪَﻋُﻮﻫَﺎ ﻣَﺎ ﻛَﺘَﺒْﻨَﺎﻫَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﺭِﺿْﻮَﺍﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ

“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang, dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)


- Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :

ﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲْ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻓَﻠَﻪُ ﺃَﺟْﺮُﻫَﺎ ﻭَﺃَﺟْﺮُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻰْﺀٌ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲْ ﺍﻹِﺳْﻼَﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺳَﻴِّﺌَﺔً ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭِﺯْﺭُﻫَﺎ ﻭَﻭِﺯْﺭُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻰْﺀٌ

“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)


- Balaghoh :
Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :
Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “, misalnya sholat dengan bhsa Indonesia, mengingkari taqdir, mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan memandang wajah wanita cantik dll.

Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang bersumber dari syareat, maka itu diterima “
Contohnya sangat banyak skali sprti pembukuan Al-Quran, pemberian titik al-Quran, mauled, tahlilan, khol, sholat tarawikh berjama’ah dll.

Berangkat dari pemahaman ini, sahabt Umar berkata saat mengkumpulkan orang-orang untuk melakukan sholat terawikh berjama’ah :
ﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﺬﻩ 
Inilah sebaik-baik bid’ah “
Dan juga berkata sahabat Abu Hurairah Ra :

ﻓَﻜَﺎﻥَ ﺧُﺒَﻴْﺐٌ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻘَﺘْﻞِ ( ﺭﻭﺍﻩﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱّ)

“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf)

Jika semua perkara baru itu buruk, maka sahabat2 tsb tidak akan berkata demikian.

Nah sekarang kita cermati makna hadits di atas dari wahhabi salafi :

ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

Hadits ini mereka artikan :
Pertama : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam agama, maka ia tertolak “

Jika mreka mengartikan demikian, maka mereka sengaja membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang bersumber darinya). Maka haditsnyamenjadi :

ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

Kedua : “ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “

Jika mereka mngartikan seperti itu, berarti merka dengan sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-nya MENJADI MAA LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada perintahnya). Makahaditsnya menjadi :
ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟﻴَْﺲَ ﻣَﺄﻣُﻮْﺭﺍً ﺑﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan sebuah pengelabuan pada umat muslim.

Jika mereka menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul Saw telah memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah sesat, ini dalilnya :

ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ


Maka kita jawab : Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus (lafadznya umum namun dibatasi) dgn bukti banyak dalil yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas. Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang brtentangan dgn al-quran dan hadits.

Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :

ﺃﺷﺎﺭ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻤﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﺠﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺻﺤﻒ ﺣﻴﻦ ﻛﺜﺮ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻲ ﻭﻗﻌﺔ ﺍﻟﻴﻤﺎﻣﺔ ﻓﺘﻮﻗﻒ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻗﺎﻝ ”: ﻛﻴﻒ ﻧﻔﻌﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ؟ ”

ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻋﻤﺮ ”: ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ ”. ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﻋﻤﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻪ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻩ ﻟﻪ ﻭﺑﻌﺚ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻜﻠﻔﻪ ﺑﺘﺘﺒﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺟﻤﻌﻪ ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺪ ”: ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻟﻮ ﻛﻠﻔﻮﻧﻲ ﻧﻘﻞ ﺟﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺒﺎﻝ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺛﻘﻞ ﻋﻠﻲ ﻣﻤﺎ ﻛﻠﻔﻨﻲ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ”. ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺪ ”: ﻛﻴﻒ ﺗﻔﻌﻠﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﻟﻢ
ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ”. ﻗﺎﻝ ”: ﻫﻮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ” ﻓﻠﻢ ﻳﺰﻝ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻳﺮﺍﺟﻌﻨﻲ ﺣﺘﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻱﻟﻠﺬﻱ ﺷﺮﺡ ﻟﻪ ﺻﺪﺭ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ . 

“ Umar bin Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam dan berkata “
Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?”
MaKA Umar menjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya. Kmudian Abu bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid berkata “ Demi Allah aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal yang Rasul Saw tdiak melakukannya ?” maka  Abu bakar mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Abu bakar trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu Bakar “.


Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “
Demi Allah ini suatu hal yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya Nabi Saw tidak melakukan semua hal yang baik, sehingga mereka mengatakan Rasul Saw tidak pernah melakukannya, namun bukan berarti itu buruk.

Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah berkata :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﺇﻥ ﺭﺁﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺣﺴﻨﺔ

“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik “

Maka kita jawab :
Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah tercela itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik. Contohnhya bertaqarrub pada Allah dengan mendengarkan lagu dangdutan..
Jika sahabat Abdullah bin Umar memuthlakkan bahwa semua bid’ah itu sesat tanpa terkecuali walaupun orang2 mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah berkata :
ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ

“ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “

Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha. Lebih lengkapnya :

ﻋﻦ ﺍﻷﻋﺮﺝ ﻗﺎﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻀﺤﻰ ﻓﻘﺎﻝ ”:ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻧﻌﻤﺖ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ

“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang sholat dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “.

Apakah pantas seorang sahabat seperti Abdullah bin Umar tidak konsisten dalam ucapannya alias pllin-plan ?? sungguh sangat jauh dari hal itu.

KESIMPULAN :
- Cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah adalah :

ﻭﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ﺑﻤﻮﺍﻓﻘﺔ ﺃﺻﻮﻝ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻋﺪﻣﻬﺎ

“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok syari’at “.

- Orang yang mengartikan hadits :

ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

Dengan : “ Barangsiapa yang melakuakn hal baru maka itu tertolak “ atau “ Brangsiapa yang melakukan hal baru tanpa ada perintahnya maka ia tertolak “.

Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia telah berbuat bid’ah dholalah / sesat, akrena tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun atsarnya..Dan telah sengaja merubah makna hadits Nabi Saw tersebut..dan kita tahu apa sangksi bagi orang yang telah berdusta atas nama Nabi Saw.

Naudzu billahi min dzaalik.

Sumber : FB Anshori Dahlan

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: