Ad 468 X 60

.

Wednesday, May 8, 2013

Widgets

TAHLILAN SUDAH ADA SEJAK DULU DAN TERJADI DI MAKKAH DAN MADINAH

Secara historis, keberadaan Tahlil di Indonesia sudah ada jauh sebelum munculnya berbagai organisasi keagamaan baik yang mendukung atau menolaknya. Pada mulanya tradisi yang sarat dengan tasawuf ini dilakukan di pesantren dan kraton, namun lambat laun dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga menjadi tradisi keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.


Telah diceritakan oleh Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i rahimahullah bahwa kegiatan Tahlilan dianggap sebagai kegiatan yang tidak pernah ditinggalkan kaum muslimin. Dalam kitab al-Hawi li al-Fatawi juz 2 halaman 234 disebutkan:

أن سنة الإطعام سبعة أيام، بلغني أنها مستمرة إلى الآن بمكة والمدينة، فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الآن، وأنهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول

“Sesungguhnya merupakan kesunnahan memberikan makan selama 7 hari. Telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya amalan ini berkelanjutan dilakukan sampai sekarang di Makkah dan Madinah. Maka secara dzahir, amalan ini tidak pernah ditinggalkan sejak masa para sahabat Nabi hingga masa kini (masa al-Hafidz as-Suyuthi).”

Ini sekaligus persaksian (saksi mata) adanya kegiatan tahlilan 7 hari di Makkah dan Madinah sejak dahulu kala. Hal ini kembali dikisahkan oleh al-‘Allamah al-Jalil asy-Syaikh al-Fadhil Muhammad Nur al-Buqis di dalam kitab beliau yang khusus membahas kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yakni “Kasyf al-Astaar” dengan menuqil perkataan Imam as-Suyuthi:

أن سنة الإطعام سبعة أيام بلغني و رأيته أنها مستمرة إلى الأن بمكة والمدينة من السنة 1947 م إلى ان رجعت إلى إندونيسيا فى السنة 1958 م. فالظاهر انها لم تترك من الصحابة إلى الأن وأنهم أخذوها خلفاً عن سلف إلى الصدر الإول. اه. وهذا نقلناها من قول السيوطى بتصرفٍ. وقال الإمام الحافظ السيوطى : وشرع الإطعام لإنه قد يكون له ذنب يحتاج ما يكفرها من صدقةٍ ونحوها فكان فى الصدقةِ معونةٌ لهُ على تخفيف الذنوب ليخفف عنه هول السؤل وصعوبة خطاب الملكين وإغلاظهما و انتهارهما.

“Sungguh sunnah memberikan makan selama 7 hari. Telah sampai informasi kepadaku dan aku menyaksikan sendiri bahwa hal ini (kenduri memberi makan 7 hari) berkelanjutan sampai sekarang di Makkah dan Madinah (tetap ada) dari tahun 1947 M sampai aku kembali ke Indonesia tahun 1958 M. Maka faktanya amalan itu memang tidak pernah ditinggalkan sejak zaman sahabat Nabi hingga sekarang, dan mereka menerima (memperoleh) cara seperti itu dari salafushshaleh sampai masa awal Islam. Ini saya nukil dari perkataan Imam al-Hafidz as-Suyuthi dengan sedikit perubahan. Al-Imam al-Hafidz as-Suyuthi berkata: “Disyariatkan memberi makan (shadaqah) karena ada kemungkinan orang mati memiliki dosa yang memerlukan sebuah penghapusan dengan shadaqah dan seumpamanya, maka jadilah shadaqah itu sebagai bantuan baginya untuk meringankan dosanya agar diringankan baginya dahsyatnya pertanyaan kubur, sulitnya menghadapi menghadapi malaikat, kebegisannya dan gertakannya.






SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: