Ad 468 X 60

.

Saturday, October 19, 2013

Widgets

DZIKIR DENGAN SUARA NYARING

Dalil dzikir dengan suara nyaring dari al-Quran:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودً ا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالارضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَ ا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran ayat 191).

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّاللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab ayat 35).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوااللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. al-Ahzab ayat 41).

وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

“Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang.” (QS. al-Ahzab ayat 42).

Dalil dzikir dengan suara nyaring dari al-Hadits:

عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ لَّهِلِ مَلاَئِكَةٌ يُطُوْفُوْنَ فِيْ الطُّرُقِ يَلْتَمِسُوْنَ أهْلَ الذِّكْرِ، فَإذَا وَجَدُوْا قَوْمًا يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوْ ا اِلىَ حَاجَتِكُمْ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di jalanan untuk mencari orang-orang ahli dzikir. Dan ketika mereka menemukan sekelompok orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah, para malaikat ini kemudian menyeru: “Ambillah hajat kalian.” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad).

عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَاَلَ: قَاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ اْلجَنَّةِ فَااْرتَعُوْ ا. قَاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا رِيَاضُ اْلجَنَّةِ؟ قاَلَ حِلَقُ الذِّكْرِ

“Dari sahabat Anas Ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ketika kalian melewati taman surga, maka bergabunglah.” Para sahabat kemudian bertanya: “Apakah taman surga itu wahai Rasulullah?” Rasul Saw. menjawab: “Kelompok dzikir.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak juz 1 halaman 147).

عَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلَقَةٍ مِنْ اَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا يُجْلِسُكُمْ؟ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُاللهَ وَنَحْمَدُهُ. فَقَالَ: اِنَّهُ اَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ اللهَ يُبَاهِى بِكُمُ اْلمَلاَئِكَةَ

“Dari Mu’awiyah Ra. bahwa Nabi Saw. keluar untuk menemui para sahabatnya, lalu Nabi Saw. bertanya: “Apa yang membuat kalian berkumpul?” Dijawab: “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah dan memujiNya.” Maka bersabdalah Nabi Saw.: “Sesungguhnya telah datang mengabariku Malaikat Jibril bahwa Allah telah membanggakan kalian di depan para malaikatNya.” (HR. Ahmad).

عَنِ ابْنِ زُبَيْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا سَلِمَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ بِصَوْتِهِ اْلاَعْلَى: لاَاِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ, لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ

“Dari sahabat Ibnu Zubair Ra. berkata: “Rasulullah Saw. setiap kali selesai dari shalatnya selalu berdzikir dengan suara keras “La ilaha illallah wahdahu la syarika lah...”. (HR. Muslim).

Dalil dzikir dengan suara nyaring dari para ulama:

1. Imam Ibnu al-Jauzi: Imam Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya Hushn al-Hashin menjelaskan: “Setiap dzikir yang disyariatkan, baik dalam kategori wajib maupun sunnah, tidak akan diberi pahala kecuali telah diucapkan minimal dapat didengar oleh dirinya sendiri. (Lihat, Yusuf al-Khatar dalam al-Mausu’ah halaman 224).

2. Imam Abdul Wahab asy-Sya’rani: “Para ulama berijma’ atas wajibnya dzikir dengan suara keras.” (Lihat, Abdul Wahab asy-Sya’rani dalam al-Anwar al-Qudsiyah juz 1 halaman 38).

3. Syaikh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari: Syaikh Ibnu ‘Athaillah berpendapat dengan dibolehkannya dzikir dengan suara keras ketika dalam kondisi dzikir bersama-sama. (Lihat, Yusuf al-Khatar dalam al-Mausu’ah halaman 225).

Dzikir Berjamaah dengan Suara Keras

Berkumpul di suatu tempat untuk berdzikir bersama hukumnya adalah sunnah dan merupakan cara mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menguatkannya:

عَنْ عَبْدُالله بِنْ مُعَضَّلٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ قَوْمٍ اِجْتَمَعُوْا يَذْكُرُوْنَ اللهَ لاَ يُرِيْدُوْنَ بِذَالِكَ اِلاَّ وَجْهَهُ اِلاَّ نَادَهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ اَنْ قُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّأَتُكُمْ حَسَنَات

“Dari Abdullah bin Mu’adhal berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir dan hanya mengharap ridha Allah, kecuali malaikat akan menyeru dari langit: “Berdirilah kalian dalam keadaan terampuni dosa-dosa kalian dan telah diganti kejelekan-kejelekan kalian dengan kebaikan.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya juz 14 halaman 202, dan Abu Ya’la, al-Bazar, dll).

Sedangkan dalil yang menunjukkan kesunnahan mengeraskan suara dalam berdzikir secara umum diantaranya adalah hadits qudsi berikut ini:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَناَ عِنْدَ ظَنِّي عّبْدِي بِي وَأنَا مَعَهُ عِنْدَ ذَكَرَنِي، فَإنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرًا مِنْهُ

“Rasulullah Saw. bersabda bahwa Allah Swt. berfirman: “Aku kuasa untuk berbuat seperti harapan hambaKu terhadapKu, dan Aku senantiasa menjaganya dan memberinya taufiq serta pertolongan kepadanya jika ia menyebut namaKu. Jika ia menyebut namaKu dengan lirih Aku akan memberinya pahala dan rahmat dengan sembunyi-sembunyi, dan jika ia menyebutKu secara berjamaah atau dengan suara keras maka aKu akan menyebutnya di kalangan malaikat yang mulia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dzikir secara berjamaah juga sangat baik dilakukan setelah shalat. Para ulama menyepakati kesunnahan amalan ini. At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya:

أَيُّ دُعَاءٍ أَسْمَعُ؟

“Doa apakah yang paling dikabulkan?”

Rasulullah Saw. menjawab:

جَوْفُ اللَّيْلِ وَدُبُرُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَاتِ – قالَ التِرْمِذِيْ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ

“Doa di tengah malam dan seusai shalat fardhu.” (HR. at-Tirmidzi. Ia mengatakan, hadits ini adalah hadits hasan).

Dalil-dalil berikut ini menunjukkan kesunnahan mengeraskan suara dalam berdzikir secara berjamaah setelah shalat secara khusus, diantaranya hadits Ibnu Abbas Ra.:

كُنتُ أعَرِفُ إنْقضَاءَ صَلاةِ رَسُوْلِ اللهِ بِالتَّكْبِيْرِ

“Aku mengetahui selesainya shalat Rasulullah dengan takbir (yang dibaca dengan suara keras)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

أنَّ رَفْعَ الصّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ

“Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jamaah selesai shalat fardhu sudah terjadi pada zaman Rasulullah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam sebuah riwayat Bukhari dan Muslim, Ibnu Abbas Ra. juga mengatakan:

كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذَالِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

“Aku mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat dengan mendengar suara berdikir yang keras itu.”

Hadits-hadits ini adalah dalil diperbolehkannya berdzikir dengan suara yang keras, tetapi tentunya tanpa berlebih-lebihan dalam mengeraskannya. (Lihat keterangan lebih lengkapnya dalam al-Mausu’ah halaman 219-296).

#Tema yang sering diposting berulang-ulang... tapi tetap saja masih ada yang bertanya dan mempertanyakannya?

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: