Tuesday, February 24, 2015
Manaqib Sholihin Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzily
Asy-Syaikh al-Imam al-Quthub al-Ghouts Sayyidina Asy-Syarif Abul Hasan Ali asy-Syadzily al-Hasani bin Abdullah bin Abdul Jabbar, terlahir dari rahim sang ibu di sebuah desa bernama Ghomaroh, tidak jauh dari kota Saptah, negeri Maghrib al Aqsho atau Marokko, Afrika Utara bagian ujung paling barat, pada tahun 593 H / 1197 M. Beliau merupakan dzurriyat atau keturunan ke dua puluh dua dari junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dengan urut-urutan sebagai berikut, asy-Syaikh Al-Imam Abil Hasan Ali asy-Syadzily adalah putra dari :
Silsilah Nasab beliau :
1. Abdullah, bin
2. Abdul Jabbar, bin
3. Tamim, bin
4. Hurmuz, bin
5. Khotim, bin
6. Qushoyyi, bin
7. Yusuf, bin
8. Yusa', bin
9. Wardi, bin
10. Abu Baththal, bin
11. Ali, bin
12. Ahmad, bin
13. Muhammad, bin
14. 'Isa, bin
15. Idris al Mutsanna, bin
16. Umar, bin
17. Idris, bin
18. Abdullah, bin
19. Hasan al Mutsanna, bin
20. Sayyidina Hasan, bin
21. Sayyidina Ali bin Abu Thalib wa Sayyidatina Fathimah az Zahro' binti
22. Sayyidina wa habibina wa syafi'ina Muhammadin, rosulillaahi shollolloohu 'alaihi wa aalihi sallam.
Sayyidina Asy-Syaikh al-Imam Abil Hasan Ali asy-Syadzily menerima bai'at thoriqot, silsilah sanadz
1. Asy-Syaikh al-Quthub Asy-Syarif Abu Muhammad Abdus Salam bin Masyisy, Beliau menerima talgin dan bai'at dari
2. Al-Quthub Asy-Syarif Abdurrahman al-Aththor az-Zayyat al-Hasani al-Madani, dari
3. Quthbil auliya' Taqiyyuddin al Fuqoyr ash Shufy, dari
4. Sayyidi Syaikh al-Quthub Fakhruddin, dari
5. Sayyidi Syaikh al-Quthub NuruddinAbil HasanAli, dari
6. Sayyidi Syaikh Muhammad Tajuddin, dari
7. Sayyidi Syaikh Muhammad Syamsuddin, dari
8. Sayyidi Syaikh al-Quthub Zainuddin al Qozwiniy, dari
9. Sayyidi Syaikh al-Quthub Abi Ishaq Ibrohim al Bashri, dari
10. Sayyidi Syaikh al-Quthub Abil Qosim Ahmad al-Marwani, dari
11. Sayyidi Syaikh Abu Muhammad Said, dari
12. Sayyidi Syaikh Sa'ad, dari
13. Sayyidi Syaikh al-Quthub Abi Muhammad Fatkhus Su'udi, dari
14. Sayyidi Syaikh al-Quthub Muhammad Said al Ghozwaniy, dari
15. Sayyidi Syaikh al Quthub Abi Muhammad Jabir, dari
16. Sayyidina Syarif al-Hasan bin Sayyidina Ali, dari
17. Sayyidina'Ali bin Abi Tholib, karromallahu wajhah, dari
18. Sayyidina wa Habibina wa Syafi'ina wa Maulana Muhammadin, shollollohu 'alaihi wa aalihi wasallam, dari
19. Sayyidina Jibril, 'alaihis salam, dari
20. Robbul 'izzati robbul 'alamin.
Putra-Putra beliau :
Sayyidi Asy-Syaikh Syahabuddin Ahmad, Sayyidina Asy-Syaikh Abu Abdullah Muhammad Syarafuddin, Sayyidah Zainab, dan Sayyidah 'Arifatul Khair.
Perantauan Mencari Sang Quthub
Tempat pertama yang dituju oleh Beliau adalah kota Mekkah yang merupakan pusat peradaban Islam dan tempat berhimpunnya para ulama dan sholihin yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia untuk memperdalam berbagai cabang ilmu-ilmu agama. Namun setelah berbulan-bulan tinggal di Mekkah, Beliau belum juga berhasil menemukan orang yang dimaksud. Sampai akhirnya pada suatu seat Beliau memperoleh keterangan dari beberapa ulama di Mekkah bahwa Sang Quthub yang Beliau cari itu kemungkinan ada di negeri Iraq yang berjarak ratusan kilo meter dari kota Mekkah.
Sesampainya di Iraq, dengan tidak membuang-buang waktu, segeralah Beliau bertanya ke sana-sini tentang seorang Wali Quthub yang Beliau cari kepada setiap ulama dan masyayikh yang berhasil Beliau temui. Akan tetapi, mereka semua rata-rata menyatakan tidak mengetahui keberadaan seorang Wali Quthub di negeri itu.
Memang sepeninggal Sulthonil Auliya'il Quthbir Robbani wal Ghoutsish Shomadani Sayyidisy Syaikh Abu Muhammad Abdul Qodir al-Jilani, rodliyallahu 'anh, kedudukan Wali Quthub yang menggantikan Syaikh Abdul Qodir Jilani oleh Allah disamarkan atau tidak dinampakkan dengan jelas. Pada waktu kedatangan Syaikh Abil Hasan ke Baghdad itu, Syaikh Abdul Qodir Jailani (470 - 561 H./1077 - 1166 M.) sudah wafat sekitar 50 tahun sebelumnya (selisih waktu antara wafatnya Syaikh Abdul Qodir dan lahirnya Syaikh Abil Hasan terpaut sekitar 32 tahun). Di kala hidupnya, asy-Syaikh Abdul Qodir diakui oleh para ulama minash Shiddiqin sebagai seorang yang berkedudukan "Quthbul Ghouts".
Akhirnya, Beliau mendengar adanya seorang ulama yang merupakan seorang pemimpin dan khalifah thoriqot Rifa'iyah yaitu asy-Syaikh ash Sholih Abul Fatah al Wasithi rodliyAllahu 'anh. Syaikh Abul Fatah adalah, yang memiliki pengaruh dan pengikut cukup besar di Iraq pada waktu itu. Segeralah Beliau sowan kepada Syaikh Abul Fatah dan mengemukakan bahwa Beliau sedang mencari seorang Wali Quthub yang akan Beliau minta kesediaannya untuk menjadi pembimbing dan pemandu perjalanan ruhani Beliau menuju ke hadirat Allah SWT.
Mendengar penuturan beliau, asy-Syaikh Abul Fatah sembari tersenyum kemudian mengatakan, "Wahai anak muda, engkau mencari Quthub jauh jauh sampai ke sini, padahal orang yang engkau cari sebenarnya berada di negeri asalmu sendiri. Beliau adalah seorang Quthubuz Zaman nan Agung pada saat ini. Sekarang pulanglah engkau ke Maghrib (Maroko) dari pada bersusah payah berkeliling mencari di negeri ini. Beliau, pada saat ini sedang berada di tempat khalwatnya, di sebuah gua di puncak gunung. Temuilah yang engkau cari di sana!
Related Posts:
Kisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: