Thursday, May 7, 2015
Kemulian Al Quran (materi pertemuan Ulama di Malaysia 1436 H)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على سيدنا محمد و آله و صحبه و التابعين
أما بعد
Berikut ini adalah pembahasan tentang Al Qur’an yang dituliskan oleh Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad dalam kitabnya yang berjudul An Nashoih Ad Diniyah. Kami kutip bahasan ini agar dapat diambil manfaat besar oleh segenap kaum muslimin. Mudah-mudahan Allah membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya.
Membaca al-Qur’an dan berdzikir
Semoga Allah swt menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa melantunkan kitab-Nya yang mulia dengan sebenar-benarnya, mempercayai isinya, memeliharanya, dan terpelihara olehnya, serta selalu bersandar pada hukum-hukumnya dan menegakkannya.
Ketahuilah, bahwasannya membaca al-Qur’an termasuk ibadah yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan merupakan ketaatan yang paling utama. Membacanya sangatlah besar pahalanya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt.:
إن الذين يتلون كتاب الله وأقام الصلوة و أنفقوا مما رزقناهم سرا وعلانية يرجون تجارة لن تبور (29) ليوفيهم أجورهم و يزيدهم من فضله إنه غفور شكور (30)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikanlah shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan. Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun dan Maha Mensyukuri. ° (Qs. al-Fathiir ayat: 29 – 30).
Mengenai hal ini. Nabi Muhammad saw bersabda:
أفضل عبادة أمتي تلاوة القرآن
Artinya: “Ibadah umatku yang terbaik adalah membaca al-Quran.”
Dalam kesempatan lain, Nabi saw bersabda:
من قرأ حرفا من كتاب الله كتبت له حسنة والحسنة بعشر أمثالها . لا أقول ألم حرف واحد، بل ألف حرف ، و لام حرف ، و ميم حرف
Artinya: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dituliskan untuknya satu kebaikan dan nilai kebaikan itu sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan: ‘Alif laam mim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf laam satu huruf dan mim satu huruf.”
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan:
يقول الله تعالى : من شغله ذكري وتلاوة كتابي عن مسألتي أعطيته أفضل ما أعطي السائلين . وفضل كلام الله تعالى على سائر الكلام كفضل الله على خلقه
Artinya: Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang sibuk berdzikir dan membaca kitab-Ku hingga ia tidak sempat memohon kepada-Ku maka Aku berikan kepadanya anugerah terbaik yang pernah Aku berikan orang-orang yang memohon. Keutamaan kalamullah atas semua pembicaraan yang lain, sebagaimana keutamaan Allah atas semua makhluk-Nya.”
Nabi saw bersabda:
اقرؤوا القرآن فانه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
Artinya: “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya kelak di hari kiamat ia akan datang sebagai pemberi syafa at bagi yang membacanya.”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dalam keadaan shalat berdiri, maka setiap hurufnya dicatat untuknya seratus kebaikan. Barangsiapa yang membacanya dalam keadaan shalat duduk, maka setiap hurufnya dicatat untuknya lima puluh kebaikan. Barangsiapa yang membacanya di luar shalat sedang ia dalam keadaan suci, maka setiap hurufnya dicatat untuknya dua puluh lima kebaikan. Barangsiapa membacanya sedang ia tidak dalam keadaan suci. maka setiap hurufnya ditulis untuknya sepuluh kebaikan.”
Adab Membaca Al-Qur’an
Ketahuilah bahwa membaca al-qur’an memiliki adab dzahir dan batin. Seorang hamba tidak dianggap dalam golongan orang-orang yang benar-benar membacanya, yang mana bacaan mereka sempurna, maka ia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt kecuali dengan menjalankan adab dzahir dan batin tersebut. Dan siapapun yang tidak melakukannya, maka berarti bacaannya tidak sempurna, walau demikian, bacaan itu tidak terlepas dari pahala dan keutamaan sesuai dengan keadaan dirinya.
Di antara adab yang paling penting adalah, hendaknya si pembaca dalam bacaannya ikhlas karena Allah swt, hanya menginginkan keridhaan-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan mendapat pahala dari-Nya. Bukan mencari perhatian atau dibuat-buat dihadapan orang lain, apalagi dengan bacaannya ini ia meminta upah duniawi yang fana ini.
Disamping itu, hendaknya ia membacanya dengan hati yang dipenuhi keagungan Sang Pembicara swt, tunduk pada kebesaran-Nya, hati dan anggota tubuhnya penuh khusyu” kepada-Nya. Seolah-olah ia berdiri di hadapan Allah swt sambi! membaca kitab-Nya dihadapan-Nya yang isinya berupa perintah dan larangan-Nya.
Maka sudah sepatutnya bagi yang mengerti al-Our’an dan mengenali pembicaranya ia bersikap seperti di atas bahkan lebih sempurna lagi.
Dalam hal ini, Allah swt telah berfirman:
لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله و تلك الأمثال نضربها للناس لعلهم يتفكرون.
Artinya: “Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah disebabkan takut kepada allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berfikir.” (Qs. al-Hasyr ayat: 21)
Gunung yang kokoh dan kuat saja demikian keadaannya apabila al-Qur’an diturunkan kepadanya. Apalagi manusia yang lemah dan tercipta dari air hina dan tanah ini. Akan tetapi demikianlah hati yang lalai, keras, dan kurang mengenal keagungan dan kebesaran Allah swt Dalam sebuah ayat dalam al-Qur’an, Allah swt menerangkan sifat orang-orang yang khusyu’ saat membaca kitab-Nya:
إن الذين أوتوا العلم من قبله إذا يتلى عليهم يخرون للأذقان سجدا (107) ويقولون سبحان ربنا إن كان وعد ربنا لمفعولا (108) ويخرون للأذقان يبكون و يزيدهم خشوعا(109)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka akan menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: ‘Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.”(Qs. al-Israa’ ayat 107 – 109).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah swt berfirman:
الله نزل أحسن الحديث كتابا متشابها مثاني تقشعر منه جلود الذين يخسون ربهم ثم تلين جلودهم وقلوبهم إلى ذكر الله
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Our’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”(Qs. az Zumar ayat: 23).
Jadi, sifat mengagungkan, takut, khusyu’ dan tunduk ketika membaca aI-Qur’an merupakan sifat-sifat mukmin sejati yang mengerti akan keagungan Allah swt Tuhan alam semesta. Sedangkan hati yang lalai, keras, suka bermain ketika membaca al-Qur’an, hal ini merupakan sifat orang-orang yang berpaling dari Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang suka mencampur adukkan amal perbuatan, yang lemah imannya, kurang keyakinannya, kosong dari hakekat ma’rifat kepada Allah swt dan kalam-Nya. Semoga Allah swt menyelamatkan kami dan kalian dari sifat ini dan dari segala macam bentuk bencana dan musibah.
Dan di antara adab yang paling penting adalah, hendaknya si pembaca membaca ayat al-Qur’an dengan penuh tadabbur, merenungi isi bacaannya dan menghadirkan hatinya disitu.
Mengenai hal ini, Allah swt berfirman:
كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا ءاياته وليتذكر أولوا الألباب
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka memperhatikan ayat-ayatnya, serta agar mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Qs. ash-Shaad ayat: 29).
Mengenai hal ini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Tiada kebaikan dalam bacaan al-Qur’an tanpa adanya perenungan.”
Sungguh benar ucapan beliau ra, karena al-Qur’an diturunkan semata-mata untuk direnungi isinya. Setelah dipahami pesan-pesannya kemudian diamalkan isinya, dan inilah maksud utama al-Qur’an diturunkan dan diutusnya Baginda Nabi Muhammad saw sebagai Sang pembawa al-Qur’an.
Hendaknya engkau tatkala membaca, cobalah untuk merenungi dan memahami karena bacaan sedikit yang direnungi lebih baik daripada bacaan yang banyak tanpa perenungan.
Salah seorang salafunasshalihin ra berkata: “Lebih baik aku membaca Surat al-Zalzalah dan al-Qari’ah dengan penuh tadabbur dan pemahaman daripada membaca al-Qur’an secara keseluruhan namun tanpa adanya tadabbur.”
Salah seorang salafunasshalihin ra ditanya mengenai dua orang yang membaca al-Qur’an. Yang satu membaca Surat al-Baqarah saja yang satu lagi membaca surat al-Baqarah dan Surat Ali Imran, keduanya memulainya secara bersamaan dan mengakhirinya juga bersamaan. Namun diantara mereka berdua, manakah yang lebih baik? Kemudian ia menjawab: “yang membaca Surat al-Baqarah saja itulah yang lebih baik.”
Menurutku, orang yang membaca Surat al-Baqarah ini menjadi lebih baik, padahal yang satu tadi sama-sama membaca Surat al-Qur’an, bahkan lebih banyak darinya. Karena yang membaca Surat al-Baqarah lebih banyak tadabbur dan tartilnya. Hal ini menunjukkan kekhusyu’annya dalam membaca Surat al-Baqarah di waktu yang sama dengan yang membaca Surat al-Baqarah dan Surat Ali Imran.
Jadi, sudah jelas bahwa tujuan utamanya adalah tadabbur dan memahami isinya. Hal inilah yang diprioritaskan dalam membaca alQur’an. Oleh sebab itu, jalankanlah hal ini. Semoga Allah swt merahmatimu.
Dalam hal ini, al-lmam Hasan al-Basri ra berkata: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian memandang al-Qur’an ibarat surat dari Tuhan yang ditujukan kepada mereka. Jadi mereka membacanya dengan penuh perenungan di malam hari kemudian mengamalkannya di siang hari.”
Seorang hamba semakin banyak ilmunya dan pengetahuannya mengenai Allah swt, pasti ia lebih banyak tadabbur al-Qur’an dan lebih merenunginya. Oleh karena itu para ulama al-‘Arifin Billah yang kokoh keilmuannya dan para imam lainnya memiliki pemahaman yang sangat luas saat memahami isi dari al-Qur’an.
Sahabat Abu Dzar al-Ghiffari ra berkata: “Pernah semalam suntuk Rasulullah saw mengimami kami shalat hanya membaca satu ayat:
إن تعذبهم فإنهم عبادك و إن تغفر لهم فإنك أنت العزيز الحكيم
Artinya: ‘Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Maidah ayat: 118).
Ketika bangun malam, Sayyidina Umar bin Khattab ra membaca ayat al-Qur’an dengan penuh tadabbur hingga beliau ra terjatuh. Hal ini dikarenakan ketakutan dan khusyu’nya yang luar biasa. Bahkan terkadang beliau ra jatuh sakit beberapa hari karenanya, bahkan beliau ra sampai dikunjungi para sahabat yang lainnya.
Suatu malam. Sahabat Tamim ad-Dari ra bangun shalat dan mengulang-ulangi ayat ini sampai datangnya waktu Subuh:
أم حسب الذين اجترحوا السيئات أن نجعلهم كالذين ءامنوا و عمل الصالحات سواء محياهم و مماتهم ساء ما يحكمون
Artinya: “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.”(Qs. al-Jasiyah ayat: 21).
Begitu juga dengan Sahabat Sa’id bin Zubair ra semalaman berdiri dalam shalatnya berulang kali membaca firman Allah swt:
و امتازوا اليوم أيها المجرمون
Artinya: Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir) berpisahlah dirimu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini wahai orang-orang yang berbuat jahat.’ (Qs. Yasiin ayat: 59).
Serta masih banyak lagi cerita-cerita para salafunasshalihin ra yang semacam ini. Rasa takut dan tangisan menyelimuti mereka saat membaca aI-Qur’an. Hal ini dikarenakan mereka benar-benar mengenal Allah swt, memahami kitab-Nya dan bertadabbur didalamnya. Bahkan kebanyakan dari mereka jatuh pingsan, baik ketika membaca al-Qur’an ataupun ketika mendengarnya, bahkan ada yang langsung meninggal dunia. Hal ini banyak dinukilkan dalam cerita-cerita mereka. Semoga Allah swt merahmati mereka dan memberi kita manfaat berkat mereka.
Wahai saudaraku, apabila engkau membaca al-Qur’an, maka renungkanlah, pikirkan dan fahamilah isinya dengan seksama. Apabila sampai pada ayat tentang perintah Allah swt atau larangan-Nya atau janji atau bahkan ancamannya, maka berhentilah sejenak dan periksalah dirimu. Jikalau memang nyatanya engkau mematuhi perintah itu. menjauhi larangan itu, mempercayai dan meyakini janji dan ancaman itu, maka bersyukurlah kepada Allah swt. Ketahuilah, bahwa engkau mendapatkan hal itu semua berkat taufik dan pertolongan-Nya. Serta tambahkan semangatmu dan janganlah menyepelekan ataupun menguranginya. Tetapi apabila nyatanya engkau tidak mematuhi perintah itu, tidak menjauhi larangan, dan tidak terlalu meyakini janji dan ancaman-Nya, maka mintalah ampun dan bertaubatlah kepada-Nya dari dosa-dosamu, kemudian kuatkanlah tekadmu untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya serta tancapkan lah dalam hatimu keyakinan yang bulat terhadap janji dan ancaman-Nya. Begitu juga ketika engkau membaca ayat-ayat tentang keesaan Allah swt dan kesucian-Nya dan ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi dan nama-nama-Nya yang indah, berhentilah disana dan renungkanlah makna-makna kebesaran-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang Maha Tinggi, hendaknya saat itu hatimu penuh dengan pengesaan, penyucian dan pengagungan-Nya. Apabila engkau membaca ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat orang-orang beriman dan para hamba Allah swt yang shaleh juga yang berisi penjelasan tentang budi pekerti mereka yang terpuji, maka amatilah dan renungilah ayat-ayat ini, kemudian tuntutlah dirimu untuk meniru sifat-sifat ini. Apabila engkau membaca ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat buruk dari musuh-musuh Allah swt dari kalangan kafir dan munafik, maka renungkanlah dan periksalah apa dirimu meniru salah satu sifat itu. Jikalau memang benar kenyataannya, maka bertaubatlah pada Allah swt dan bersihkan dirimu dari sifat-sifat itu” Instropeksi diri. agar Allah swt tidak menurunkan murka dan hukuman-nya kepadamu seperti yang Allah swt turunkan kepada mereka. Beginilah seterusnya cara merenungkan ayat-ayat Allah swt. Oleh karenanya renungkanlah masing-masing ayat-ayat sesuai dengan keadaannya. Karena ayat al-Qur’an banyak sekali dan beraneka ragam, di dalamnya terdapat ilmu-ilmu yang luas dan banyak tanpa ada batas. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
ما فرطنا في الكتاب من شيء
Artinya: ‘Tiadalah Kami alfakan(lewatkan) sesuatu pun di dalam al-Kitab. (Qs. al-An’aam ayat: 38).
Dalam ayat-Nya yang lain. Allah swt berfirman:
و نزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (Qs. an-Nahl ayat: 89).
Disebutkan dalam hadis:
إن لكل آية ظهرا وبطنا ، وحدا ومطلعا
Artinya: “Sesungguhnya setiap ayat mengandung makna dzahir dan batin, penjelasan global dan terperinci.”
Untuk memperoleh tadabbur dan pemahaman yang baik mengenai makna-makna al-Qur’an, maka gunakanlah cara membaca tartil yang baik. Membaca dengan pelan dan tidak tergesa-gesa, sehingga membuat kurang jelas dan tidak teratur. Bahkan ada riwayat yang melarang cara membaca dengan tergesa-gesa dan tidak teratur. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
و رتل القرءان ترتيلا
Artinya: “Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Qs. al-Muzzammil ayat: 4).
Ummu Salamah ra dan para sahabat lainnya ra meriwayatkan cara pembacaan al-Quran yang dilakukan Rasulullah saw. Mereka mensifatkan, bahwa bacaan beliau saw dengan tartil yang baik, sehingga jelaslah hurufnya satu persatu.
Mengenai hal ini Nabi saw bersabda:
يقال لقاريء القرآن : اقرأ و ارق و رتل كما كنت ترتل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها
Artinya: “Dikatakan kepada pembaca al-Qur’an ‘Bacalah al-Quran dengan baik. sebagaimana engkau membacanya dengan baik semasa di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu ditentukan pada ayat terakhir yang engkau baca.’
Seorang ulama ra berkata: “Jumlah derajat di surga sejumlah ayat-ayat al-Qur’an. Jadi orang yang membaca al-Quran secara keseluruhan, maka kelak kedudukannya berada di tingkatan surga yang paling tinggi.” Demikianlah maksudnya.
Menurutku, hal ini diperuntukkan bagi pembaca yang baik bacaannya, mengamalkan isi ayat yang ia baca dan bukannya pembaca yang mencampur adukkan bacaan dan melalaikan isinya. Hal ini telah diterangkan oleh beberapa hadis shahih yang meriwayatkan tentang hukuman bagi pembaca yang tidak mengamalkan al-Qur’an, meskipun secara dzahirnya ia telah membacanya dengan benar.
Dalam sebuah riwayat dikemukakan. bahwasannya jumlah ayat-ayat dalam al-Qur an lebih dari enam ribu ayat. Berarti jumlah tingkatan di surga sesuai dengan jumlah itu. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh pendapat ulama di atas.
Disunnahkan untuk memperindah suara bacaan al-Qur’an. Karena hal ini membantu hati untuk lebih khusyu’ dan haru, juga menarik perhatian orang lain untuk mendengar bacaan al-Qur’an dengan baik. Dalam hal ini Baginda Rasulullah saw bersabda:
حسنوا القرآن بأصواتكم
Artinya: “perbaguslah bacaan al Quran dengan suara kalian”.
Nabi saw bersabda:
من لم يتغن بالقرآن فليس منا
Artinya: “Barangsiapa yang tidak memperindah bacan al-Quran (dengan suaranya), maka ia bukan dari golongan kami.”
Baginda Nabi Muhammad saw memuji Sahabat Abu Musa al-Asy’ari ra ketika beliau saw mendengar bacaannya yang indah dalam sebuah sabdanya:
لقد أوتي مزمارا من مزامير آل داود
Artinya: ‘Sesungguhnya ia telah diberi seruling dari serulingnya Nabi Allah Dawud.”
Akan tetapi memperindah bacaan ini hendaknya disesuaikan dengan kelayakan penghormatan terhadap al-Qur an, sehingga tidak menyerupai nyanyian biasa atau menyanyikan sya’ir-sya’ir dengan irama tertentu sebagaimana yang telah dilakukan oleh sebagian orang-orang yang bodoh.
Dalam membaca al-Qur’an hendaklah engkau berada dalam keadaan yang paling sempurna, yaitu dalam keadaan bersuci, menghadap kiblat, anggota tubuh yang tenang, tidak menoleh kanan dan kiri disertai dengan konsentrasi yang penuh tanpa melirik ke tempat lainnya. Selain itu hendaknya tubuhmu dalam keadaan bersih, berikut pakaian dan tempatnya juga aroma yang harum dan inilah keadaan yang paling sempurna dan terbaik.
Andaikan seorang pembaca membaca dalam keadaan berhadas dan tidak menghadap kiblat atau sambil berdiri atau berjalan atau berbaring, ketahuilah bahwa ini semua diperbolehkan dan ia juga mendapat pahala bacaannya, namun pahalanya di bawah orang yang telah kami sebutkan di atas yang memiliki adab dan keadaan yang lebih sempurna.
Ketahuilah bahwa orang yang membaca al-Qur’an dan menghafalnya, maka ia memiliki kedudukan agung di sisi Allah swt Dalam hal ini Baginda Nabi saw bersabda:
الذي يقرأ القرآن وهو به ماهر مع السفرة الكرام البررة . و الذي يقرؤه ويتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران
Artinya: “Orang yang pandai membaca al-Qur’an ia akan dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi baik, sedangkan bagi yang membacanya tetapi ia tidak lancar dan berat menyebut huruf-hurufnya, maka ia akan mendapat dua pahala.”
Dalam hadisnya yang lain. Nabi Muhammad saw bersabda:
أهل القرآن هم أهل الله و خاصته
Artinya: ‘Ahli al-Qur’an mereka adalah ahlullah dan orang -orang pilihannya“
Serta masih banyak lagi keutamaanya yang diriwayatkan oleh berbagai hadis. Namun hendaknya si pembaca al-Qur’an mengerti hak-haknya yang harus ia penuhi. Diantaranya adalah kewajiban untuk menghormatinya dan kewajiban untuk mengamalkan isinya, dan juga mematuhi nasehatnya yang berupa sifat-sifat terpuji dan amal perbuatan yang baik.
Meskipun hal ini dituntut untuk kalangan umat Islam secara umum, akan tetapi bagi si pembaca al-Qur’an lebih wajib dan lebih pantas. Karena ia memiliki kelebihan mengemban al-Qur’an berikut keterangan dan bukti-buktinya.
Dalam hal ini, Sayyidina Umar bin Khattab ra berkata: ‘Wahai para quraa angkatlah kepala kalian. Karena sesungguhnya jalan telah terbentang dihadapan kalian, maka berlomba-lombalah dalam mengejar kebaikan.”
Sayyidina Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Hendaknya bagi Para pengemban al-Qur’an dapat beribadah di malam harinya dikala orang-orang tertidur lelap, dan berpuasa di siang harinya tatkala orang-orang berbuka. Serta di kenali kesedihannya, tatkala orang orang gembira. Dikenal tangisannya, tatkala orang orang tertawa. dikenal berdiam tatkala orang orang banyak berbicara. dan di kenal kerendahanhatinya tatkala orang orang berlaga sombong.
Arti ucapan ibnu mas’ud inilah hendaknya bagi para pengemban al Quran berbeda sifatnya dengan kebanyakan orang, dengan ketaatan yang lebih kepada allah swt, senantiasa mengerjakan amal yang baik, benar-benar menjaga diri dari kalalaian dan menjauhi permainan hawa nafsu juga senantiasa cemas dan takut kepada allah swt.
Dalam kesempatan lain, sahabat ibnu mas’ud ra juga berkata: “al Quran di turunkan untuk di amalkan, akan tetapi mengapa kalian menjadikan bacaannya sebagai amalan!.
Wahai para pembaca janganlah kalian mencapur adukan bacaannya, lalai dan tidak mengamalkan al quran, tidak menuruti perintahnya, tidak menjauhi larangannya, apalagi berhenti pada batas-batasnya. ketahuilah, bahwa banyak riwayat yang mencela orang semacam ini di samping kecaman keras lainnya. Dalam hal ini baginda nabi Muhammad saw bersabda:
اقرأ القرآن ما نهاك ، فان لم ينهك فلست تقرؤه
Artinya: “bacalah al Quran selagi ia mencegahmu (dari perbuatan buruk) jika ia tidak membuatmu tercegah, maka sebenarnya engkau tidak membacanya”.
Dalam kesempatan lain Nabi saw bersabda:
من جعل القرآن أمامه قاده إلى الجنة ، ومن جعله جعله وراء ظهره ساقه إلى النار
Artinya: “barangsiapa yang menjadikan al quran di hadapannya, maka al quran akan memimpinnya ke surga. Dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya, niscaya ia akan menggiringnya ke neraka.
Nabi saw bersabda:
النار إلى فسقة القراء أسرع منها إلى عبدة الأوثان
Artinya: “api neraka lebih cepat merenggut para pembaca al Quran yang fasik dari pada merenggut para penyembah berhala”.
Dalam riwayat lain di sebutkan:
إن القرآن غريب في جوف الظالم، و إنه كم من قارىء يقرأ القرآن و القرآن يلعنه
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an tidak betah di hati orang yang dzalim. Ketahuilah berapa banyak orang yang membaca sedangkan al Quran melaknatinya.”
Hal ini disebabkan perbuatannya yang bertentangan dengan ajakan al-Qur’an. Bahkan diriwayatkan: “Kelak sekelompok orang pengemban al-Qur’an diperintah untuk digiring ke neraka sebelum para penyembah berhala, mereka bertanya: “Apakah dimulai dari kami dulu sebelum para penyembah berhala?” Mereka dijawab: ‘Tidak sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui ”
Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Apabila pembaca al-Qur’an melakukan kemaksiatan, maka al-Quran akan menyeru dari dalam hatinya: ‘Manakah laranganku? Manakah ancamanku? Manakah nasehatku?” Sampai akhir riwayat ini.
al-lmam Maimun bin Mahran ra berkata: “Sesungguhnya seseorang membaca al-Qur’an, sedangkan ia melaknat diri sendiri.” Beliau ditanya: “Wahai imam, apakah maksud dari ucapanmu itu?” Kemudian beliau menjawab: “Ia membaca ayat ‘Bahwa laknat Allah bagi para pendusta.’ Tetapi ia berbohong. Lalu ia juga membaca: ‘Ingatlah laknat Allah atas orang-orang yang dzalim.’ Tetapi ia mendzalimi orang lain.”
Disebutkan dalam hadis:
إن المنافق الذي يقرأ القرآن مثله مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر
Artinya: Sesungguhnya orang munafik yang membaca al-qur‘an, diibaratkan seperti baunya semerbak wangi tetapi rasanya pahit.”
Dalam hadis yang lainnya disebutkan:
إن أقواما يقرؤون القرآن كما أنزل، و إنه لا يجاوز تراقيهم يمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية
Artinya: ‘Sesungguhnya ada sekelompok orang membaca al-Qur‘an seperti saat diturunkan, tetapi bacaan itu tidak melewati batas tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Agama Islam seperti anak panah yang melesat dari busurnya.”
Kita memohon kepada Allah swt agar diberikan kelembutan dan keselamatan. Serta taufik untuk berpegang teguh pada kitab-Nya dan memahami isinya dan juga mengamalkan nasehatnya diiringi dengan khusnul khatimah dan akhir segala urusan dengan baik bagi kita semua, serta bagi orang-orang yang kita cintai dan seluruh umat Islam pada umumnya.
Termasuk amalan yang besar pahalanya adalah belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Karena hal ini merukan fardhu kifayah yang sangat dianjurkan bagi setiap individu muslim. Mengenai hal ini. Baginda Nabi saw bersabda:
خيركم من تعلم القرآن و علمه
Artinya: ‘Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.’
al-lmam Sofyan ats-Tsauri ra pernah ditanya: ‘Wahai imam, siapakah yang paling engkau sukai? Orang yang belajar al-Quran ataukah orang yang berperang di jalan Allah swt?’ Kemudian beliau ra berkata: ‘Tentu saja aku lebih menyukai orangyang belajar al-Qur’an.”
Memperbanyak bacaan al-Qur*an
Hendaknya diantara kalian memperbanyak bacaan al-Qur an di siang dan malam dengan penuh tadabbur. tartil. dan penuh adab serta penghormatan. Jangan sampai ia meninggalkan al-Qur’an atau tidak membacanya. Karena hal ini akan menyebabkannya lupa akan hafalannya yang merupakan dosa yang sangat besar. Dalam hal ini Nabi saw bersabda:
عرضت علي ذنوب أمتي فلم أر ذنوبا أعظم من سورة من القرآن أو آية أوتيها رجل ثم نسيها
Artinya: ‘Ditampakkan dthadapanku dosa-dosa umatku, maka aku tidak menjumpai dosa yang lebih besar daripada sebuah surat dari al-Qur’an atau satu ayat yang diberikan kepada seseorang (menghafalnya) lalu ia melupakannya.’
Dalam hadis lain disebutkan:
إن الذي ينسى القرآن بعد حفظه يلقى الله يوم القيامة وهو أجذم
Artinya: ‘Sesungguhnya orang yang melupakan al-Quran sesudah ia menghafalnya, maka kelak di hari kiamat ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan anggota tubuhnya hancur luluh.’
Allah swt telah memerintahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, Sang pengemban risalah al-Qur’an untuk selalu memeliharanya”. Bahkan Nabi saw mengabarkan bahwa al-Qur’anlebih cepat hilang dari dada seseorang ketimbang lepasnya seekor unta dari ikatannya.
Bahkan para salafunasshalihin ra memberi perhatian sangat besar dalam membaca al-qur’an. Dalam hal ini mereka memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang menghatamkan sekali dalam sebulan, ada yang menghatamkan setiap sepuluh malam, serta ada pula yang menghatamkan dalam delapan hari, bahkan ada juga yang menghatamkan seminggu sekali. Ada yang menghatamkan setiap tiga hari sekali. Ada juga yang menghatamkan sekali dalam sehari semalam. Ada pula yang menghatamkan sehari semalam sebanyak dua kali. Serta ada juga yang empat kali, bahkan ada juga dalam sehari semalam menghatamkan delapan kali. Dalam hal ini, al-lmam an-Nawawi ra berkata: “Inilah jumlah yang terbanyak yang pernah kami dengar.”
Sebagian ulama memandang makhruh orang menghatamkan al-qur’an kurang dari tiga hari, apabila sering dilakukannya. Dalam hal ini. Nabi Muhammad saw bersabda:
لا يفقه من قرأ القرآن في أقل من ثلاث
Artinya: “Tidak dapat memahami (al-Quran) orang yang membaca al-Qur’an dalam waktu kurang dari tiga hari.”
Bagi pembaca al-Qur’an hendaknya ia menjadikan bacaan al-Qur’an sebagai wiridnya dalam shalat malamnya. Hendaknya ia pembaca dari awal sampai akhir dalam shalat malamnya itu dengan jangka waktu bisa satu bulan atau empat puluh hari atau kurang atau lebih dari itu. Intinya semua itu tergantung kemampuan dan semangatnya Dan hendaknya ia tidak malas atau meninggalkan hal ini. Mengenai hal ini. Nabi Muhammad saw bersabda:
أن القرآن والصوم يشفعان في العبد عند الله ، فيقول القرآن : منعته النوم بالليل فشفعني فيه . ويقول الصوم : منعته من الطعام بالنهار فشفعني فيه فيشفعان .
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an dan puasa keduanya akan memintakan syafaat untuk seorang hamba kelak dihadapan Allah. Kelak al-t}ur’an berkata: ‘Aku telah mencegahnya tidur malam, maka berilah aku wewenang untuk mensyafa’atinya.’ Puasa berkata: ‘Aku mencegahnya makan di siang hari, maka berilah aku wewenang untuk mensyafa’atinya.’ Maka keduanyapun diberi syafa ‘at’
Dalam ayat-Nya, Allah swt berfirman:
ليسوا سواء من أهل الكتاب أمة قائمة يتلون ءايت الله ءاناء الليل وهم يسجدون (113) يؤمنون بالله واليوم الآخر ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويسارعون في الخيرات وأولائك من الصالحون
Artinya: “Mereka itu tidak sama, diantaranya Ahli Kitab itu ada dua golongan yang berlaku lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).Mereka beriman kepada Allah swt dan di hari penghabisan mereka menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari hal yang munkar serta bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan. Ketahuilah bahwa mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (Qs. Ali Imran ayat: 113- 114).
Jadi, sangat dianjurkan bagi para pengemban al-Qur’an untuk bangun di malam hari dan membaca aI-Qur’an dalam shalat malamnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an:
فاقرأوا ما تيسر منه
Artinya: “Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.” (Qs. al-Muzammil ayat: 20).
Dalam hal ini, Baginda Rasulullah saw bersabda:
من قام بعشر آيات لم يكتب من الغافلين ، ومن قام بمائة آية كتب من القانتين ، ومن قام بألف آية كتب من المقنطرين
Artinya: “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dalam shalat malamnya, maka ia tidak ditulis dalam golongan orang yang lalai. Barangsiapa yang membaca seratus ayat dalam shalat malamnya, maka ia akan ditulis dalam golongan orang-orang yang taat. Barangsiapa yang membaca seribu ayat dalam shalat malamnya, maka ia akan ditulis sebagai orang-orang pengumpul pahala.”
al-Imam al-Amiri ra dalam Kitab al-Bahjah karyanya berkata: “Hendaknya orang yang membaca al-Qur’an dalam setiap bulan menghatamkan dua kali. Satu di malam hari dalam shalat malam dan yang satu lagi di siang harinya.”
Beliau ra mengatakan bahwa hal ini sangatlah mudah untuk ditekuni. Dan memang benar apa yang telah diucapkan beliau ra. Barangsiapa yang bisa melakukannya, maka ketahuilah bahwa itu hanyalah orang-orang yang diberi taufik oleh Allah swt.
Bagi yang akan menghatamkan al-Qur’an, hendaknya menghatamkannya di permulaan malam atau di pagi hari hingga ia bisa mendapati waktu istighfarnya para malaikat Allah swt dan agar ia bisa mendapatkan bagian istighfarnya. Dalam sebuah atsar disebutkan: “Barangsiapa yang menghatamkan al-Quran di waktu apapun di malam hari, maka para malaikat akan beristighfar untuknya sampai pagi hari. Sedangkan yang menghatamkan di waktu siang hari, maka malaikat akan beristighfar untuknya hingga petang.” Tentu saja isi do’a para malaikat untuk seorang hamba semuanya berisi kebaikan dan kebahagiaan. Arti do’a para malaikat adalah permintaan ampun dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Di saat menghatamkannya, hendaknya ia memperbanyak doa, karena saat itu sangatlah mulia dan penuh berkah. Hal ini juga termasuk saat-saat dikabulkannya do’a dan turunnya rahmat.
Dalam kesempatan ini, al-lmam an-Nawawi ra berkata: “Hendaknya doa yang paling banyak dipanjatkan saat khatam al-Quran adalah yang berkaitan dengan kebaikan urusan umat Islam.”
Beliau ra juga menyebutkan beberapa do’a yang sebaiknya dipanjatkan saat khatam al-Qur’an. Hal ini dijelaskan dalam Kitab at-Tibyan karya beliau ra. Sebuah kitab yang sangat berharga, berisi tentang kumpulan tata krama pengemban al-Qur’an dan pembacanya. Kitab ini wajib dipelajari oleh para pengemban al-Qur’an.
Diantara hal yang perlu diamalkan dengan tekun terutama di waktu-waktu yang penuh berkah itu adalah membaca wirid yang penuh berkah yang biasa dibaca dan ditekuni di banyak negeri, biasa dilakukan di masjid-masjid antara Maghrib dan Isya’ serta setelah Shalat Subuh. Hal ini dikenal dengan sebutan bacaan hizib selama seminggu. Dimulai pada Malam Jum’at dan dikhatamkan pada Hari Kamis depannya.
Telah diriwayatkan dari Sayyidina usman bin ‘Affan ra, bahwasannya beliau ra memulai membaca al-Qur’an pada Malam Jum’at dan menghatamkannya di Malam Kamis. Wirid ini sesuai dengan riwayat di atas hanya dari segi permulaan dan penutupannya. Adapun dari segi pembagian bacaan menjadi tujuh, hal ini disesuaikan dengan pembagiannya atau yang hampir mendekatinya. Hal ini dinukil dari riwayat Sayyidina Usman bin ‘Affan ra dan para salafunasshalihin ra lainnya.
al-Faqih al-lmam al-‘Allamah Abu Abdullah bin ‘Abbad ra, yang mana beliaulah yang mensyarahkan Kitab al-Hikam, sewaktu menyebutkan hizib mingguan dalam salah satu suratnya, ia mengatakan: “Hal ini termasuk bid”ah hasanah yang perlu ditekuni di zaman seperti ini. yang mana tambah hari, tambah melemah syi’ar-syi’ar dalam agama ini.”
Akan tetapi bagi yang menekuni wirid ini, hendaknya tidak melupakan dua adab penting yang sering dilupakan oleh kebanyakan orangyang menekuninya. Kedua adab itu adalah:
Pertama, hendaknya bacaan al-Qur’annya jangan hanya sebatas wirid ini saja. Karena biasanya dibaca secara kelompok, sehingga ia mendapatkan bagian bacaannya hanya sedikit.
Kedua, hendaknya ia menghindari hal-hal yang sering dilakukan oleh sebagian orang yang lalai. Yaitu sebagian orang mengantuk sewaktu membaca, hingga ia tidak sadar giliran bacaannya sampai ada yang membangunkannya. Ada juga yang berbicara dengan teman sebelahnya sementara yang lain membaca sampai tiga gilirannya. Perbuatan ini kurang baik, bahkan tergolong perbuatan yang makruh dan tercela. Terutama apabila dilakukan dalam masjid. Karena berbicara di masjid selain dzikir dan al-Qur’an hukumnya sangat dimakhruhkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Berbicara dalam masjid ibarat memakan kebaikan, sebagaimana api menghanguskan kayu bakar.”
Kami sengaja mengingatkan dua adab ini karena kami melihat kebanyakan yang membaca wirid melupakan kedua adab ini, dan orang yang dibacakan al-Qur’an dihadapannya sedangkan ia mengantuk atau berbicara keadaannnya sangat membahayakan karena seolah-olah ia berpaling dan melalaikan al-Qur’an, bagi yang bertakwa kepada Allah swt dan mengagungkan kehormatannya hendaknya menghindari hal ini.
Para ulama mengatakan, bahwasannya sangat dianjurkan bagi orang yang tidak hafal al-Qur’an untuk banyak mendengar bacaan al-Qur an. Mengenai hal ini, Allah swt berfirman:
وإذا قرىء القرآن فاستمعوا له و أنصتوا لعلكم ترحمون
Artinya: “Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar engkau sekalian mendapatkan rahmat”(Qs. al-A’raafayat: 204).
Nabi Muhammad saw bersabda:
من استمع إلى آية من كتاب الله كتبت له حسنة مضاعفة. و من قرأها كانت له نورا يوم القيامة
Artinya: “Barangsiapa yang mendengarkan satu ayat dari Kitabullah, maka dituliskan baginya pahala yang berlipat ganda dan barangsiapa yang membacanya, maka kelak di hari kiamat ayat itu akan menjadi cahaya baginya.”
Anjuran untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an bukan dikhususkan bagi yang tidak membaca al-Qur’an tetapi secara umum bagi siapa saja baik itu pembaca ataupun yang lainnya. Dalam sebuah riwayat, bahwasannya Baginda Rasulullah saw bersabda kepada Ibnu Mas’ud ra:
اقرأ علي . فقال له : كيف أقرأ عليك وعليك أنزل ! فقال عليه الصلاة والسلام : إني أحب أن أسمعه من غيري
Artinya: “Bacalah dihadapanku.’ Kemudian Ibnu Mas’ud ra bertanya: ‘Bagaimana aku membacakannya dihadapanmu sedangkan ia diturunkan kepadamu.’ Lalu beliau saw menjawab: ‘Sesungguhnya aku ingin mendengarnya dari orang lain.” Lalu ia pun membacanya dihadapan Rasulullah saw dari awal Surat an-Nisaa.’
Nabi Muhammad saw menyimak bacaan Abu Musa ra dan bacaan Salim Maula Abu Hudzaifah ra, kemudian beliau saw bersabda:
الحمد لله الذي جعل في أمتي مثله
Artinya: “Segala puji bagi Aliah yang telah menjadikan dikalangan umatku orang sepertinya.”
Beliau saw juga menyimak bacaan Sahabat Ibnu Mas’ud ra kala itu ditemani oleh Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq ra dan Sayyidina Umar bin Khattab ra. Kemudian beliau saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin membaca al-Qur’an sama seperti saat diturunkan hendaknya ia meniru bacaan anak Ummi Abd.” (Inilah julukan untuk ibnu mas’ud ra,semoga Allah SWT meridhai mereka semua..)
Sumber : Alhabibahmadnoveljindan
Related Posts:
alqur'an hadist kajian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: