Friday, July 26, 2013
Kisah para Hafizh : Menuai Berkah dari Al-Qur’an (Bagian 1)
Mereka adalah orang-orang yang ditunggu-tunggu doanya, karena doa mereka mengandung keberkahan.Suatu ketika, saat sahabat Anas bin Malik RA duduk berdampingan dengan Nabi SAW, beliau berkata kepada Anas, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga dari kalangan manusia.”
Kaget kepalang tanggung dengan ucapan Nabi ini, Anas bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang engkau maksud itu?”
Beliau menjawab, “Mereka itu adalah ahlul Qur’an, yang membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”
Petikan dialog ini diriwayatkan Imam Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa‘i, Al-Hakim, dan Ad-Darimi, dengan sanad yang shahih. Dialog ini sekaligus pesan tentang betapa mulianya kedudukan mereka yang senantiasa berdzikir dengan Al-Qur’an serta menjaga Al-Qur’an dengan hafalan dan perilakunya. Seorang yang hafizh Al-Qur’an, lisannya senantiasa berdzikir kepada Allah dengan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan dzikir yang paling sempurna. Bila berbicara, lisannya tak lepas ber-iqtibas (mengutip) dengan kalamullah yang mulia.
Sebagai seorang hafizh Al-Qur’an, setiap hari yang dilakukan adalah menjaga, agar tidak lepas, dan senantiasa mengingat bacaan yang telah diperolehnya dengan baik, seraya mengaplikasikannya dalam kehidupannya semaksimal mungkin. Ini memang berat, tapi sekaligus mulia. Tidak cukup rasanya mengurai kemuliaan mereka yang mendaraskan Al-Qur’an dalam hafalan dan perbuatan tersebut.
Banyak kisah yang menyelimuti kehidupan kaum huffazh (jamak hafizh). Mereka adalah orang-orang yang ditunggu-tunggu doanya, karena doa mereka mengandung keberkahan. Hidup mereka selalu dalam pancaran cahaya Allah Ta’ala, mereka adalah para pembawa panji-panji keislaman, mereka adalah orang-orang yang patut dimuliakan, dan mereka pula yang paling banyak mendapatkan keutamaan di sisi Allah kelak.
Semenjak zaman Nabi SAW hingga hari ini, tiada terhitung berapa banyak umat dari agama ini yang berlomba-lomba menggapai keutamaan yang Allah Ta’ala janjikan itu dengan menghafal Al-Qur’an. Latar belakang mereka bisa apa saja, dari santri hingga ulama, dari petani hingga pengusaha, perempuan maupun laki-laki, dewasa maupun anak-anak usia belia. Sungguh Allah Ta’ala memuliakan umat ini dengan keagungan Al-Qur’an.
Tulisan berikut ini hanyalah segelintir pilihan kisah dari kisah-kisah mereka yang mengabdikan dirinya dengan Al-Qur’an.
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Siapa yang tak mengenal Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani? Ulama besar abad ke-14 Hijriyyah ini adalah seorang ulama multidisipliner yang kaliber keilmuannya sangat diakui ulama-ulama di seluruh dunia. Bakat besarnya telah terlihat sejak belia. Besar dalam bimbingan dan tuntunan ayahandanya, ‘Allamah Sayyid Alawi bin Abbas Al-Hasani, Sayyid Muhammad telah hafal Al-Qur’an saat usianya belum genap 10 tahun. Bahkan ada riwayat lain yang mengatakan saat berusia 7 tahun. Kebrilianan otaknya semakin diakui pada saat usianya belum genap 25 tahun, saat itu ia telah menyandang gelar doktor di bidang hadits di Universitas Al-Azhar, dengan predikat summa cum laude.
Berkaitan dengan hafalan Al-Qur’an, K.H. Ihya Ulumiddin, salah seorang muridnya, menceritakan, Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani adalah seorang hafizh yang lisannya selalu basah dengan dzikir, yang terbetik dari ucapannya hanyalah kutipan ayat dan hadits yang dihafalnya di luar kepala. Abuya sangat menjaga lisan sebagai seorang hafizh, hingga, ketika ingin masuk ke kamar kecil, ia sampai-sampai menggigit lidahnya supaya tidak terucap kalimat thayyibah di dalam kamar kecil.
Alayen
Kisah lainnya diutarakan seorang blogger Indonesia yang menetap di Negeri Sakura bernama Nurul Septiani Hadianto, tentang seorang anak kecil, usianya belum genap 10 tahun, Alayen namanya. Meskipun bukan asli Jepang, ia dan orangtuanya yang kelahiran Pakistan memang telah resmi sejak lama menjadi warga negara Jepang. Hampir semua orang Pakistan yang ada di Jepang tinggal selamanya di Jepang untuk berdakwah dan berbisnis.
Sebagai keluarga imigran asal Pakistan, sebetulnya wajar saja ia beragama Islam. Namun yang menjadi keistimewaan pada sosok Alayen adalah ia seorang anak yang hafal seluruh isi Al-Qur’an, dengan bacaan mumtaz, istimewa. Apalagi ia masih sangat belia dan hidup bersama keluarganya di negeri super-maju yang terkenal dengan pekerja kerasnya untuk urusan duniawi dan tak begitu menghiraukan masalah keagamaan.
Kiprah Alayen seakan membuka mata banyak muslim agar mengikuti jejaknya untuk menghafal Al-Qur’an. Ia diberi gelar “Al-Hafizh” oleh Holy Quran Memorization International Organization, Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi, melalui kementerian yang terkait, datang langsung memberikan gelar tersebut kepada Alayen. Bahkan, pemerintah Arab Saudi pun memberikan beasiswa penuh bagi Alayen sampai kuliah.
Panitia pemberi penghargaan tersebut memberikan kesempatan kepada orangtua dan guru tahfizh Alayen untuk berbagi pengalamannya. Dan inilah sepenggal cerita dari ayah Alayen yang membuat kita sadar akan pentingnya Al-Qur’an.
Hidup di negeri yang suasananya sangat kontras dari negeri muslim sungguh sangat berat. Iklim yang berbeda, taraf kehidupan yang sangat tinggi, budaya kerja, dan suasana kehidupan masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi dan tidak mudah. Tapi keluarga Alayen tetap berusaha mempertahankan agar anak-anaknya tetap mendapatkan pendidikan Islam. Ia tidak memasukkan anak-anaknya ke nihon no gakko (sekolah Jepang). Mereka hanya belajar di masjid dan fokus menghafal Al-Qur’an. Ayah Alayen berkata dengan bangga, “Kini anak saya bisa melanjutkan sekolah langsung naik kelas 5 SD melalui tes di sekolah, dan kini ia bisa berbahasa empat bahasa dengan baik: bahasa Inggris, Jepang, Arab, dan pastinya bahasa Urdu.”
Demikianlah, sebelum belajar apa pun, anak muslim itu harus belajar Al-Qur’an. Dan yakinlah, bagi orang-orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, selalu saja ada jalan keluar bagi setiap permasalahannya serta akan mendapat derajat yang lebih tinggi.
(Bersambung)
Sumber : http://majalah-alkisah.com/
Related Posts:
Kisah para hafizh penghafal Alqur'an
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: