Ad 468 X 60

.

Friday, May 15, 2015

Widgets

Hikmah & Renungan Isra’ Mi`raj (bagian ke 1)

Oleh: Sayyidi al-Habib `Umar bin Hafidz

Kita bertemu lagi dengan malam di mana dalam dunia Islam, ada tradisi/kebiasaan yang dikenal sebagai peringatan perayaan Isra' (Perjalanan Malam) dan Mi'raj (Pengangkatan/kenaikan) Nabi mulia kita, Yang Terpilih Sayyidina Rasulullah ﷺ.

Isra 'Mi'raj adalah mukjizat atau keajaiban besar yang Allah berikan kepada Sayyiduna Muhammad ﷺ dari masyarakat langit dan bumi, untuk menunjukkan keunggulannya atas keseluruhan umat manusia, baik jin, malaikat dan seluruh ciptaan Allah.

Ada pelajaran besar dalam peristiwa yang terjadi dan cara untuk meningkatkan keyakinan dan kepastian.
Para ulama mengatakan bahwa malam terbaik dalam kaitannya dengan umat secara keseluruhan adalah malam di mana Nabi lahir, sedangkan malam terbaik dalam kaitannya dengan Nabi sendiri adalah malam Isra 'Mi'raj.
Hari hari Sebelum malam itu, Nabi ﷺ telah diuji dengan kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan itu adalah salah satu kearifan Allah bahwa Dia menganugerahkan karunia-Nya sesudah melewati kesulitan/cobaan.

مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين آمنوا معه متى نصر الله ۗ ألا إن نصر الله قريب

Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah, 214)

Pada akhir hidupnya, Rasulullah mengatakan bahwa perlakuan terburuk yang ia pernah terima dari orang-orang kafir adalah penolakan disertai kekerasan yang beliau terima di tangan masyarakat Tha'if. Sebagian besar ulama yang pelajari dan menulis Sirah mengatakan bahwa Isra 'Mi'raj berlangsung tak lama setelah peristiwa Tha'if, satu tahun sebelum Hijrah pada malam tanggal 27 bulan Rajab.

Nabi ﷺ melihat beberapa peristiwa sebelum Isra 'Mi'raj dan juga dalam mimpinya sebagai persiapan sebelum peristiwa Isra' Mi'raj benar-benar terjadi.

Ada segelintir orang yang mengatakan bahwa semua peristiwa yang terjadi pada Isra 'Mi'raj berlangsung hanya dalam mimpi, tentu saja ini tidak benar: Nabi ﷺ mengalami peristiwa ini dengan jasad dan jiwanya. Karena Seandainya Isra' Mi'raj ini hanya terjadi dalam mimpinya Nabi, tentunya orang-orang kafir Quraisy tidak akan mengalami kesulitan menerimanya. Mereka tidak akan bertanya: "Bagaimana bisa Anda bepergian ke Baytu Lahm semalam dan bersama kami di Makkah pagi ini?"

Allah berfirman:

سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا ۚ إنه هو السميع البصير

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Isra’ 1)

Ketika Allah mau berbicara dengan Sayyidina Musa alaihissalaam, Allah menyuruhnya menunggu 30 hari dan kemudian 10 hari lagi (40 hari),

۞ وواعدنا موسى ثلاثين ليلة وأتممناها بعشر فتم ميقات ربه أربعين ليلة ۚ

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu 30 malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan 10 (malam lagi maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya 40 malam.(Al-A`raf,142)

Dan Allah, tidak memberitahu Hamba Terkasih-Nya ﷺ untuk menunggu. Sebaliknya perintah Nya datang tiba-tiba, tanpa peringatan apapun. Malaikat datang membawa titah, Dada Nabi kita dibelah, dan hatinya dicuci dan diisi dengan pengetahuan dan kesabaran. Buraq kemudian dibawa kepadanya. Tentu saja Allah bisa membuat dia melakukan perjalanan tanpa Buraq, tapi sarana ini dikirim untuk menghormati dan memuliakan beliau ﷺ .

Jibril berkata kepada Buraq (setelah melihat buraq yang tampak gelisah pada awalnya) : "Apakah kamu tidak malu, Wahai Buraq? Demi Allah, tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah yang pernah menunggangimu! ".

Nabi berhenti di sejumlah tempat pada waktu Isra' untuk menekankan pentingnya mengunjungi tempat-tempat di mana Allah menganugerahkan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Beliau ﷺ diperintahkan untuk berusaha mendekat diri kepada Allah dengan berdoa di dekat pohon di mana Allah berbicara kepada Musa, berdoa di Gunung Tur, di mana Allah memberikan wahyu kepada Musa, dan di Baytu Lahm, di mana Nabi Isa alaihissalaam lahir. Seluruh penjuru bumi dibuat tempat berdoa dan bersujudnya Nabi ﷺ, apa pentingnya beliau berdoa di tempat-tempat itu jika tidak mencari berkah (tabarruk) dan bantuan spiritual dari mereka? Hal ini juga diriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim bahwa ia mengunjungi makam Musa alaihissalaam dan menyaksikan nabi Musa sedang sholat didalam kuburnya. Rasulullah ﷺ berkata kepada sahabatnya: "Jika aku berada di sana, aku bisa menunjukkan kuburnya kepada kalian". Beliau dengan demikian telah mengajarkan umatnya betapa pentingnya mengetahui lokasi kuburan para nabi dan juga penting mengunjungi mereka.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, seseorang memanggilnya dari sisi kanan, tapi beliau tidak menanggapi. Jibril memberitahukan bahwa yang memanggil itu adalah orang Yahudi, andai beliau menjawab, umatnya akan mengikuti jalan orang-orang Yahudi. Lalu seseorang memanggilnya dari sisi kiri dan sekali lagi dia tidak menanggapi. Jibril memberitahukan bahwa itu adalah pemanggil dari orang-orang Kristen, kalau dijawab, umatnya akan mengikuti jalan orang-orang Kristen. Dengan demikian, meskipun sekarang banyak upaya Kristenisasi, umat Islam yang teguh akan tetap dalam perawatan dan perlindungan Allah..

Sekali lagi beliau dipanggil untuk ketiga kalinya, dan sekali lagi Nabi ﷺ tidak menanggapi. Dan Jibril memberitahukan bahwa itu adalah dunya atau dunia materi sedang memanggilnya, kalau beliau menjawab, umatnya akan memilih dunia ini dari pada akhirat. Dunya kemudian menampakkan diri kepadanya dalam bentuk seorang wanita tua. Jibril memberitahukan bahwa semua yang tersisa dari kehidupan dunia ini sebelum hari kiamat adalah seperti sisa umur wanita tua yang telah menjalani hidup. Kita menyaksikan semua peperangan dan perjuangan yang sedang berlangsung zaman ini dan pada kenyataannya kehidupan ini adalah seperti seorang wanita tua di ambang kematian dan di depan kita tak lama lagi adalah kehidupan berikutnya! Semoga Allah memberi kita husnul khotimah! Karena penolakan Nabi untuk menanggapi pemanggilan dari dunya, masih ada sampai hari ini orang-orang yang tahu bahwa dunia tidak berharga.

Rasulullah ﷺ mengimami para anbiya dalam sholat di Masjid al-Aqsa. Jibril memberitahukan bahwa jiwa/ruh setiap nabi/rasul yang dikirim oleh Allah dari zaman Adam sampai Isa di kumpulkan kembali bersama jasadnya untuk sholat menjadi makmum di belakang Rasulullah ﷺ sehingga mereka dapat mengetahui maqam dari seluruh penghulu manusia, Sayyidina Muhammad ﷺ . Beliau adalah imam yang memimpin semua nabi dan malaikat dalam sholat. Mengapa kita tidak membuatnya menjadi imam kita? (Dikatakan bahwa menjadi Imam para Anbiya tidaklah Membuat Nabi Kita Mulia atau beruntung, tapi para anbiya lah yang merasa lebih mulia karena bisa sholat di belakang Nabi kita..

 اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله وصحْبه وسلِّم

Sumber : Foto Foto Habaib

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: