Ad 468 X 60

.

Friday, July 10, 2015

Widgets

Kajian kitab Mukasyafatul Qulub ( bagian 3 ) : Nabi Musa dan Seorang Penjahat

Alkisah pada zaman Nabi Musa alaihissalam, ada seorang pemuda jahat dari golongan orang Yahudi. Dia begitu meresahkan warga masyarakat Yahudi kala itu. Tindak kejahatannya sudah masyhur di seantero negeri. Siapapun akan merinding bila disebutkan namanya. Siapa yang berani mengusiknya maka tak akan selamat. Hingga gemparlah seluruh penduduk negeri Musa itu. Mereka tak lagi mampu menahan kejahatan si penjahat kondang itu. Maka mereka pun berdoa kepada Allah SWT untuk mengatasi masalah ini.

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Musa alaihissalam, "Wahai Musa sesungguhnya di tengah kaum Bani Israel ada seorang pemuda jahat maka keluarkanlah dia dari negeri mereka sehingga tak ada satu api pun yang menyala akibat kejahatannya".

Lalu Nabi Musa mendatangi pemuda jahat itu dan mengusirnya dari kota. Penjahat itu pun pergi dari kota menuju suatu desa. Lalu Allah menyuruh Nabi Musa untuk mengusirnya dari desa itu. Karena di desa itu pun si pemuda jahat itu berbuat kerusakan. Nabi Musa pun mengusirnya dari desa itu menuju ke sebuah dusun terpencil. Sampai di sini Allah kembali menyuruh Nabi Musa untuk mengusirnya kembali lantaran dia pun tetap berbuat jahat di sana. Nabi Musa pun kembali mengusirnya dari dusun itu ke tempat gersang di mana tidak ada manusia, tidak ada binatang, tidak ada tumbuhan, dan tidak ada makhluk hidup sama sekali.

Si penjahat itu pun jatuh sakit di tempat itu. Dia tersungkur di atas tanah, kepalanya tergeletak tak berdaya di atas debu-debu gersang nan panas itu. Tak ada satu pun makhluk hidup yang menemaninya. Hanya gurun gersang, udara panas, dan sengatan mentari yang perlahan membakar kulitnya. Lalu dengan sisa tenaganya dengan terbata-bata dia berucap,

"Seandainya ibuku kini ada di sini memangku kepalaku ini pastilah dia akan mengasihiku dan dia akan menangisi kehinaan yang aku dapatkan ini. Seandainya ayahku kini ada di sini pastilah dia akan menolongku, memanggul tubuh kurusku ini, dan menyelesaikan urusanku ini. Seandainya isteriku kini ada di sini tentu dia akan menangisi sekaratku ini. Seandainya anak-anakku ada di sini saat ini tentu mereka akan menangis di belakang jasad lemahku ini. Dan mereka pasti akan berkata, "Ya Allah ampunilah bapak kami ini, lelaki yang terasing lagi lemah, lelaki yang berbuat maksiat lagi jahat, yang terusir dari negerinya menuju desa, terusir dari desa menuju dusun terpencil, terusir dari dusun terpencil menuju tempat gersang tak berpenghuni, dan kini dari tempat gersang ini dia harus pergi menuju akhirat dengan hanya membawa keputusasaan atas segala hal."

Masih dalam keadaan sekarat si penjahat itu berdoa, "Ya Allah Engkau lah yang telah memutuskan aku dari kedua orang tuaku, dari anak-anakku, dan dari isteriku, aku memohon jangan putuskan aku dari kasih sayangmu. Engkau boleh saja membakar hatiku dengan memisahkan aku dengan mereka orang-orang yang aku cintai, tapi jangan bakar diriku dengan api nerakamu karena maksiat-maksiat yang telah aku perbuat."

Maka Allah mengirimkan kepadanya dua orang bidadari surga yang menyerupai ibu dan isterinya, lalu mengutus anak-anak surga kepadanya yang menyerupai anak-anaknya, lalu mengutus seorang malaikat kepadanya yang menyerupai ayahnya. Lalu utusan-utusan Allah itu duduk di kedua sisinya dan menangisi sakaratul mautnya.

Si penjahat itu pun berucap, "Sungguh ayah-ibuku, isteriku, dan anak-anakku telah hadir di sisiku."

Maka hatinya pun menjadi sejuk seperti berada di kebun hijau yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran. Si penjahat itu pun meninggalkan dunia fana ini menuju kasih sayang Allah yang tiada taranya dalam keadaan suci lagi terampuni.

Tak lama kemudian Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa alaihissalam, "Wahai Musa, pergilah kau ke gurun ini di suatu tempat ini. Sesungguhnya disana telah meninggal salah seorang wali dari wali-waliku."

Nabi Musa alaihissalam pun pergi ke tempat yang di perintahkan Allah itu, dan menemukan jasad seorang manusia tergeletak di tengah gurun yang luas lagi gersang. Maka ketika Nabi Musa memperhatikan wajah jenazah itu Nabi Musa teringat dengan penjahat yang Ia usir atas perintah Allah dari kota ke desa, dari desa ke dusun terpencil, dan dari dusun terpencil ke gurun tandus tak berpenghuni.

Lalu Nabi Musa alaihissalam berkata, "Ya Tuhanku, bukankah dia ini adalah penjahat yang Engkau memerintahkan aku untuk mengusirnya dari kota ke desa, dari desa ke dusun terpencil, dan dari dusun terpencil ke gurun gersang ini?"

Allah menjawab, "Ya kamu benar, Musa. Aku telah merahmatinya dan memberi balasan kepadanya atas rintihannya akan kondisi hidupnya yang terusir dari negerinya, terpisahkan dari kedua orang tuanya, terpisahkan dari anak-anaknya, dan terpisahkan dari isterinya. Lalu aku mengutus dua bidadari surga dengan menyerupai ibu dan isterinya, aku anak-anak surga dengan menyerupai anak-anaknya, aku mengutus seorang malaikat dengan menyerupai ayahnya untuk menemaninya di saat akhir kepergiannya dari dunia menuju akhirat. 

Ketika seorang yang terasing dan terusir mati, maka menangislah seluruh penduduk langit dan penduduk bumi karena berbelas kasih padanya. Tangisan mereka menggetarkan tiang-tiang 'Arsy, lalu bagaimana mungkin Aku tidak mengasihinya? Sementara aku adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?

Nabi Musa 'alaihissalam hanya bisa tergugu di depan jenazah orang yang pernah Ia usir. Musa pun segera mengurus jenazahnya dengan pemakaman yang terhormat.

Tambak, 7 Ramadhan 1436 H/22 Juni 2015.
Sumber : Zulfahani Hasyim

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: