Ad 468 X 60

.

Tuesday, August 2, 2016

Widgets

KESELAMATAN ORANG TUA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURANUL KARIM....!!!!

Sebagian ulama menggolongkan ortu nabi Muhammad Saw ke dalam golongan yang selamat dari siksa neraka berdasarkan ayat-ayat Al Quran. Diantaranya dengan alasan bahwa ortu nabi termaktub dalam kategori :

1. AHLUL FATRAH


Masa Fatrah yaitu masa kekosongan kenabian, sebagaimana diterangkan dalam potongan firman Alloh QS. Al Isro’ 15 :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا [الإسراء/15]

Artinya,”Kami tidaklah mengadzab (suatu kaum) hingga kami mengutus (kepada mereka) seorang rasul”

Al Imam Al Hafizh As Suyuthi di dalam kitabnya al Hawi lil Fatawa Juz 3 hal 299 menerangkan pendirian yang dipegang guru beliau Syaikhul Islam Syarofuddin Al Munawiy :

فإنه سئل عن والد النبي صلى الله عليه وسلم هل هو في النار فزأر في السائل زأرة شديدة فقال له السائل هل ثبت إسلامه فقال إنه مات في الفترة ولا تعذيب قبل البعثة، ونقله سبط ابن الجوزي في كتاب مرآة الزمان عن جماعة فإنه حكى كلام جده على حديث إحياء أمه صلى الله عليه وسلم ثم قال ما نصه: وقال قوم قد قال الله تعالى (وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا) والدعوة لم تبلغ أباه وأمه فما ذنبهما

Beliau (Al Imam al Hafizh Al munawi) ditanyai tentang keadaan orang tua Nabi s.a.w. Apakah di neraka ? Maka beliau menghardik sangat keras kepada orang yang bertanya tadi. Lalu orang yang bertanya tadi bertanya lagi kepada beliau: "Apakah keislaman orang tua nabi s.a.w tsabit (terdapat dalilnya) ???. Beliau menjawab: "Orang tua nabi s.a.w. meninggal di masa fatrah dan tidak ada siksaan sebelum diutusnya nabi.

Lalu Imam Suyuthi menuliskan pendapat cucu dari Ibnu Al-Jauzi di dalam kitabnya Miratuz Zaman :

قوم قد قال الله تعالى (وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا) والدعوة لم تبلغ أباه وأمه فما ذنبهما

“Sekelompok ulama telah berkata : “ Allah Swt berfirman: "Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” Sedangkan dakwah belum sampai kepada ayah dan ibunda Nabi s.a.w, lalu apa dosa keduanya (sehingga layak masuk neraka) ??

NB: Sebagaimana maklum diketahui bahwasanya orang tua nabi berada diantara masa kekosongan antara Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad s.a.w. Keterangan saya cukupkan disini dan tidak dilanjutkan lebih jauh karena sudah banyak yang membahasnya.

2. AHLI SUJUD, BUKAN PENYEMBAH BERHALA

Ketika Imam Sufyan bin Uyainah (salah seorang imam Mujtahid dan termasuk guru imam Syafi’i) ditanya “ Apakah ada seorang pun dari keturunan nabi Ismail yang menyembah berhala ? Maka beliau menjawab:

لا ألم تسمع قوله (واجنبني وبني أن نعبد الأصنام)

“ Tidak ada. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah Swt “ Dan jauhkanlah aku dan keturunanku dari menyembah berhala “. (Q.S. Ibrahim: 35).
(Al Hawi lil Fatawa karya Al Imam Al Hafizh As Suyuthi Hal. 323 Juz. 3, Maktabah Syamilah)

Sebagian ulama lain berhujjah tentang selamatnya orang tua Nabi Muhammad Saw dengan ayat-ayat ini :

Allah Swt berfirman

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين

َ“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud“. (Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219)

Sebagian ahli tafsir termasuk sahabat Ibnu Abbas (master ahli tafsir yang langsung didoakan oleh Nabi menjadi orang yg faqih dan ahli takwil) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan redaksi :

وتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين

(Dan perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ) adalah perpindahan cahaya Nabi dari sulbi seorang ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, sampai dilahirkan sebagai seorang nabi. Baca disini :

مجمع الزوائد - (ج 8 / ص 395)
13819 - ص . 395 عن ابن عباس { وتقلبك في الساجدين } قال : من صلب نبي إلى نبي حتى صرت نبيا
رواه البزار ورجاله ثقات

Dari Ibnu Abbas mengenai potongan ayat :

وتقلبك في الساجدين

Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Beliau berkata : Dari Sulbi seorang nabi kepada nabi yang lain hingga Engkau menjadi Nabi. Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan rijal-rijal (semua tokoh perowinya) tsiqot. 
(Majma'az Zawaid Juz 8 Hal. 395)

Imam Al Alusi dalam tafsir Ruhul Ma`ani ketika berbicara mengenai ayat tersebut berkata :

واستدل بالآية على إيمان أبويه صلى الله تعالى عليه وسلم كما ذهب اليه كثير من أجلة أهل السنة وأنا أخشى الكفر على من يقول فيهما رضي الله تعالى عنهما“

Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas KEIMANAN KEDUA ORANG TUA NABI SAW sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak daripada tokoh-tokoh besar Ahlus Sunnah. Dan AKU KHAWATIR KUFURNYA ORANG YANG MENGATAKAN KEKAFIRAN KEDUA ORANG TUA NABI, semoga Allah meridhai kedua orang tua Nabi…”(Ruh Al-Ma’ani : 19/138)

Al Imam Abu Laits As Samarqandiy (Wafat tahun 373 H)

بحر العلوم - (ج 3 / ص 278)
ويقال وتقلبك في الساجدين يعني : تقلبك في أصلاب الآباء ، وأرحام الأمهات من آدم إلى نوح ، وإلى إبراهيم ، وإلى من بعده صلوات الله عليهم .

Dan dikatakan: Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud, maksudnya yaitu perubahan gerak badanmu di antara sulbi-sulbi para ayah dan rahim-rahim para ibu mulai dari Nabi Adam, Nuh sampai Ibrahim terus sampai orang-orang setelahnya. Semoga Sholawat Allah tercurah atas mereka (semua).

Al Imam Ibnu Ujaibah di dalam tafsirnya Al Bahrul Madiid berkata :

البحر المديد - (ج 4 / ص 357)
قال القشيري : { وتقلبك في الساجدين } من أصحابك ، ويقال : تقلبك في أصلاب آبائك من المسلمين ، الذين عرفوا الله ، فسجدوا له ، دون من لم يعرفه . ه .

Al Imam Al Qusyairiy berkata : Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud dari sahabat-sahabatmu. Dan diakatakan : Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di sulbi-sulbi para ayah dari golongan muslimin yg mengetahui Allah lalu mereka semua sujud kepada-Nya.

Al Imam Ibnu Abi Hatim (meninggal tahun 327H) di dalam tafsirnya berkata :

تفسير ابن أبى حاتم - مشكول - (ج 11 / ص 40)عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: " وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ " ، قَالَ:"مَازَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَقَلَّبُ فِي أَصْلابِ الأَنْبِيَاءِ حَتَّى وَلَدَتْهُ أُمُّهُ".

Dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah : " وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ "Beliau berkata : Nabi Saw selalu berpindah dari sulbi-sulbi para Nabi hingga dilahirkan oleh ibunya.

Al Imam Suyuthi dalam kitab tafsirnya Ad Durrul Mantsur :

المنثور - (ج 7 / ص 418)
عن ابن عباس في قوله { وتقلبك في الساجدين } قال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يتقلب في أصلاب الأنبياء حتى ولدته أمه .وأخرج ابن مردويه عن ابن عباس قال : « سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلت : بأبى أنت وأمي أين كنت وآدم في الجنة؟ فتبسم حتى بدت نواجده ثم قال » إني كنت في صلبه ، وهبط إلى الأرض وأنا في صلبه ، وركبت السفينة في صلب أبي نوح ، وقذفت في النار في صلب أبي إبراهيم ، ولم يلتق أبواي قط على سفاح ، لم يزل الله ينقلني من الإِصلاب الطيبة إلى الأرحام الطاهرة مصفى مهذباً لا تتشعب شعبتان إلا كنت في خيرهما .

Dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt :

وتقلبك في الساجدين

Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Beliau berkata: Nabi Saw selalu berpindah-pjndah dari sulbi para nabi hingga dilahirkan oleh ibunya. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, Demi ayah dan ibuku, dimanakah dirimu dan Nabi Adam ?? Apakah di Surga ?? Rasulullah Saw tersenyum hingga terlihat giginya, lalu beliau berkata: Aku berada di sulbi Adam dan (ketika) diturunkan ke bumi aku masih tetap berada di sulbinya. Aku menaiki perahu di sulbi datukku Nuh. Aku dilempar ke dalam api (sedangkan aku) di sulbi datukku Ibrahim. Dan tidaklah kedua orang tuaku menemui perzinahan. Allah selalu MEMINDAHKAN AKU DARI SULBI-SULBI YG BAIK DAN RAHIM-RAHIM YANG SUCI, DIBERSIHKAN SERTA DIMUNIKAN. TIDAK BERCABANG 2 GOLONGAN (BANGSA) MELAINKAN AKU BERADA DI FIHAK YG TERBAIK DIANTARA KEDUANYA.

Syekh Abu Thayyib Muhammad Shiddiq Khan Al Husainiy dalam tafsirnya, Fathul Bayan fi Maqashidl Quran berkata :

فتح البيان في مقاصد القرآن - (ج 9 / ص 425)
(وتقلبك في الساجدين) المصلين، أي ويراك إن صليت في الجماعة راكعاً وقائماً وساجداً، كذا قال أكثر المفسرين وعن مقاتل أنه سأل أبا حنيفة رحمهما الله هل تجد الصلاة بالجماعة في القرآن قال لا يحضرني فتلا له هذه الآية، وقيل: يراك في أصلاب الرجال الموحدين من نبي إلى نبي من لدن آدم وحواء إلى عبد الله وآمنة، حتى أخرجك في هذه الأمة؛ فجميع أصوله رجالاً ونساء مؤمنون.

Lihat pada bagian ini :

وقيل: يراك في أصلاب الرجال الموحدين من نبي إلى نبي من لدن آدم وحواء إلى عبد الله وآمنة، حتى أخرجك في هذه الأمة؛ فجميع أصوله رجالاً ونساء مؤمنون

Melihat dirimu (Muhammad) dari Sulbi2 laki2 yg Meng-ESAKAN Allah mulai dari seorang Nabi ke Nabi yg lain mulai dari Nabi Adam dan Hawa' sampai Abdullah dan Aminah hingga mengeluarkanmu ke umat ini, maka semua orang tua nabi SAW baik laki2 dan perempuan itu semuanya MUKMIN (BERIMAN).

Dan masih banyak lagi ulama lain yang membahasnya. Saya cukupkan di atas.

3. AHLUL BAIT NABI

Al-Allamah Al Arif Billah Syaikh Zaki Ibrahim berkata :

Sesungguhnya ahlul bait Nabi tak akan masuk ke dalam neraka dan ibunya adalah daripada ahlul bait Nabi sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dan lainnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: “Aku memohon kepada Allah supaya tidak ada satupun ahlul baitku yang masuk ke dalam neraka, maka Allah mengabulkan permohonanku.” Dan begitupula yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari dari Ibnu Abbas tentang penafsiran ayat: wa la saufa yu’tika Rabbuka fa tardha; dan daripada keridhoan Muhammad adalah tidak ada satu daripada ahlul baitnya yang masuk ke dalam neraka. Maka memintakan ampun kepada ibunya dalam kondisi yang seperti ini juga merupakan suatu hal yang sia-sia dan percuma, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disucikan Allah dari hal yang percuma dan sia-sia.[‘Ismatun Nabi Zaki Ibrahim hal.96]

تفسير الطبري - (ج 24 / ص 487)
عن ابن عباس، في قوله:( وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى ) قال: من رضا محمد صلى الله عليه وسلم ألا يدخل أحد من أهل بيته النار.

Dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah SWT : Wa la saufa yu’tika Rabbuka fa tardha (Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu hati kamu menjadi puas). Termasuk keridhoan Muhammad SAW adalah tidak ada satupun dari ahlul baitnya yang masuk ke dalam neraka. (Tafsir Ath Thobariy Juz 24 hal 487)

Selain itu, menurut sebagian ulama mengatakan bahwa orang tua Nabi Muhammad s.a.w. berada di neraka sama halnya dengan menyakiti hati beliau.

Syekh Ismail Haqqiy Al Khalwatiy dalam kitab tafsirnya :

تفسير حقي - (ج 11 / ص 128)
قال الامام السهيلى رحمه الله ليس لنا ان نقول ان ابوى النبى صلى الله عليه وسلم فى النار لقوله عليه السلام « لا تؤذوا الاحياء بسبب الاموات » والله تعالى يقول { ان الذين يؤذون الله ورسوله } الآية يعنى يدخل التعامل المذكور فى اللعنة الآتية ولا يجوز القول فى الانبياء عليهم السلام بشئ يؤدة الى العيب والنقصان ولا فيما يتعلق بهم

Imam As Suhailiy rahimahullah berkata: "Kami tidak akan mengatakan bahwasanya kedua orang tua Nabi s.a.w di neraka karena sabda beliau: "Janganlah kalian semua menyakiti orang-orang yang hidup dengan sebab orang-orang yang telah mati." Dan Allah ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan." (Q.S. Al Ahzab 57), yakni perbuatan diatas masuk ke dalam laknat yg terdapat dalam ayat tsb. Dan tidak boleh mengatakan tentang diri para nabi alaihis salam dan apapun yang berhubungan dengan mereka sesuatu yang bisa mendatangkan aib dan kekurangan.

Di halaman lain :

تفسير حقي - (ج 1 / ص 285)
وسئل القاضى ابو بكر ابن العربى احد الائمة المالكية عن رجل قال ان آباء النبى عليه السلام فى النار فأجاب بانه ملعون لان الله تعالى يقول { ان الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله فى الدنيا والآخرة } وفى الحديث « لا تؤذوا الاحياء بسبب الاموات »

Al Qadhiy Abu Bakar Al A’raabiy, salah satu Imam madzhab Malikiy, ditanyai mengenai seseorang yang mengatakan bahwa orang tua Nabi saw di neraka, beliau menjawab : Bahwasanya orang berkata demikian di laknat (oleh Allah SWT), karena Allah Ta'ala : “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat, dan disiapkan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57). Dan di dalam sebuah Hadis, Nabi saw bersabda: "Janganlah kalian menyakiti yang hidup karena sebab yang telah wafat."

Kemudian ada satu bahasan ulasan ulama mengenai hadis ini :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Dari Anas radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah, dimanakah tempat ayahku (yang telah meninggal) sekarang berada ?”. Beliau menjawab : “Di neraka”. Ketika orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata : “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”. [HR. Muslim no. 203, Abu Dawud no. 4718, Ahmad no. 13861, Ibnu Hibban no. 578, Al-Baihaqi dalam Al-Kubraa no. 13856, Abu ‘Awanah no. 289, dan Abu Ya’la no. 3516].

Lafadz ABU (AYAH/BAPAK) dalam istilah bahasa Arab TIDAK MESTI bermakana AYAH KANDUNG.

Imam Suyuthi dalam kitab Masalikul Hunafa’ Fii Hayaati Abawayyil Musthofa menerangkan :

مسالك الحنفا في والدي المصطفى - الإمام السيوطي - (ج 1 / ص 23)
وقد وجه من حيث اللغة بأن العرب تطلق لفظ الأب على العم إطلاقا شائعا وإن كان مجازا، وفي التنزيل ( أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد آلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق) فأطلق على إسماعيل لفظ الأب وهو عم يعقوب كما أطلق على إبراهيم وهو جده.

Dan Sungguh diterangkan dari sisi bahasa, bahwasanya orang Arab benar-benar mengucapkan lafadz BAPAK untuk PAMAN, meski hal tersebut adalah Majaz. Di dalam Al Quran disebutkan :

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Nabi Ismail di sebut bapak padahal beliau adalah paman Nabi Ya'qub (ket : Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim), sebagaimana diucapkan atas Nabi Ibrahim (dengan sebutan bapak), padahal beliau adalah kakek Nabi Ya’qub.

Dan kalaupun kita ingin menghindari perselisihan pendapat ulama dalam permasalahan selamat atau tidaknya orang tua nabi s.a.w. dan memilih pendapat yang lebih aman serta selamat ada satu ungkapan menarik dari Al Imam Khothib Asy Syarbini di dalam kitab tafsir beliau As Sirajul Munir mengenai silang pendapat para ulama mengenai kedua ortu Nabi SAW ini :

تفسير السراج المنير - (ج 1 / ص 2055)
والأولى لنا الإمساك عن ذلك فإنّ الله تعالى لم يكلفنا بذلك ونكل الأمر في ذلك إلى الله تعالى، ونقول كما قال النووي لما سئل عن طائفة ابن عربي {تلك أمّة قد خلت لها ما كسبت ولكم ما كسبتم ولا تسئلون عما كانوا يعملون} (البقرة، 134)

"Yang utama bagi kita adalah IMSAK ( Menahan diri ) mengenai hal tsb (masalah kedua ortu Nabi SAW). Karena Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak membebani kita mengenai hal tsb. Kami menyerahkan urusan ini kepada Allah Ta'ala. Dan Kami ucapkan kata2 sebagaimana perkataan Imam Nawawi ketika ditanyakan kepada beliau tentang golongan Ibnu Arabi : "Itu adalah umat yang lalu, baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan." (Al Baqoroh 134)

SEMOGA BERMANFAAT

WALLAHU A'LAM....

Sumber : Dodi ElHasyimi

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: